LIPSUS Koperasi Banyumas

Sukses Koperasi di Banyumas Kopipo: Rutin Ekspor Gula Kristal ke Eropa, Tanggung Iuran BPJS Anggota

Koperasi Integrasi Petani Organik (Kopipo) menjadi satu di antara koperasi sukses di Banyumas yang kini mengekspor gula kristal.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
SIAP EKSPOR - Pemecahan kendi menandai pelepasan ekspor gula kelapa kristal atau gula semut di BUMDes Kabul Ciptaku, Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupten Banyumas, Kamis (1/5/2025). Sebanyak 18,5 ton gula semut senilai 35 ribu USD atau setara Rp524 juta asal Banyumas tersebut akan diekspor ke Hungaria. 

"Kami tetap tanggung jawab," ucapnya.

Untuk menekan risiko kecelakaan kerja ini, Kopipo berusaha mencari bantuan tanaman kelapa yang lebih rendah atau pohon kelapa genjah.

Bersama koperasi lain yang bergerak di bidang yang sama, mereka menerima 6.000 bibit kelapa genjah dari Pemkab Banyumas.

Manfaat lain yang diterima petani gula kelapa anggota Kopipo adalah harga jual.

Baca juga: 187 Penderes Nira Anggota Kopipo Banyumas Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan, Tak Perlu Bayar Iuran

Di Kopipo, anggota bisa menjual gula kristal kelapa organik seharga Rp23 ribu per kilogram.

Harga ini lebih mahal Rp5 ribu ketimbang mereka mencetak dan menjual di pasaran.

Dalam sehari, para petani rata-rata menyetorkan 5 kilo gula kristal kelapa organik ke koperasi.

Tantangan yang Dihadapi

PRODUKSI GULA KRISTAL - Menteri Perdagangan Budi Santoso dan Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Yandri Susanto saat melihat proses produksi gula kelapa kristal di BUMDes Kabul Ciptaku, Desa Langgongsari Kecamatan Cilongok, Kabupten Banyumas, Kamis (1/5/2025).
PRODUKSI GULA KRISTAL - Menteri Perdagangan Budi Santoso dan Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Yandri Susanto saat melihat proses produksi gula kelapa kristal di BUMDes Kabul Ciptaku, Desa Langgongsari Kecamatan Cilongok, Kabupten Banyumas, Kamis (1/5/2025). Sempat vakum saat pandemi Covid-19, Kopipo kini bisa memproduksi 15 ton gula kristal yang diekspor hingga Eropa. (TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI)

Membina ribuan anggota yang merupakan petani gula kelapa bukanlah hal mudah.

Suntoro mengatakan, usaha ekspor mereka sempat terhenti karena ulah nakal segelintir anggota.

Mereka sempat kehilangan sertifikasi organik karena ada anggota "nakal" yang mencampur produk dengan gluten. 

Kondisi ini membuat mereka sadar pentingnya menjaga kualitas dan kemurnian produk sesuai dengan usaha yang mereka usung.

Kopipo bangkit dan terus mengingatkan anggota untuk menjaga kemurnian gula kelapa yang dibuat dan menggunakan pupuk organik.

Kini, Kopipo tengah menapaki kembali jalan meraih sertifikasi organik.

Suntoro berharap, Kopipo dapat terus berkembang dan menyejahterakan anggota. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved