Keuskupan Purwokerto Sambut Gembira Terpilihnya Paus Leo XIV

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Umat Katolik di Keuskupan Purwokerto menyambut dengan sukacita terpilihnya Paus baru, yakni Paus Leo XIV, menggantikan Paus Fransiskus. 

Pemilihan tersebut dilakukan dalam konklaf oleh 133 kardinal, dan dinilai sebagai bagian dari kehendak Allah. 

Terpilihnya Paus Leo menuntun Gereja Katolik ke arah yang lebih inklusif dan transparan.

"Keuskupan Purwokerto bersukacita atas terpilihnya Paus baru dari 133 kardinal yang mengikuti konklaf," ujar Vikaris Jenderal Keuskupan Purwokerto, RD Sulpicius Parjono, kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (9/5/2025). 

Pemilihan nama "Leo" bukan tanpa makna. 

RD Sulpicius Parjono mengatakan sebelumnya, Paus Leo XIII dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan keadilan sosial, khususnya dalam isu pekerja dan keadilan ekonomi. 

Semangat itu kini dihidupi kembali oleh Paus Leo XIV.

Baca juga: Terpilih Jadi Paus Baru, Robert Francis Prevost Pakai Nama Leo XIV

RD Sulpicius menjelaskan bahwa Paus Leo XIV adalah seorang misionaris yang pernah bertugas di Peru.

Dengan pengalaman mendalam hidup bersama komunitas serta memimpin seminari dalam pelayanan pastoral yang inklusif. 

"Arah pastoral beliau akan membawa semangat perdamaian dan pembaruan bagi seluruh umat manusia," katanya. 

Dalam pidato pertamanya, Paus Leo XIV menyerukan pentingnya perdamaian dan menyatakan komitmen untuk melanjutkan semangat Paus Fransiskus dalam menghadirkan Gereja yang merangkul semua pihak di tengah dunia yang dilanda berbagai konflik.

"Reformasi tata kelola Gereja yang transparan dan akuntabel akan menjadi arah utama beliau," tambah RD Sulpicius.

Baca juga: Honda Premium Matic Day Hadir di Purwokerto

Ia juga menekankan bahwa pemilihan paus dilakukan secara tertutup, tanpa komunikasi atau pengaruh, sehingga hasilnya diyakini sebagai kehendak ilahi.

Keuskupan Purwokerto berharap arah Gereja universal di bawah Paus Leo XIV akan sejalan dengan semangat yang selama ini dijalankan.

Memperjuangkan keutuhan ciptaan, tanggung jawab manusia atas lingkungan, dan penghargaan terhadap martabat manusia.

"Gereja harus membangun persaudaraan sejati, bukan hanya berdasarkan agama, tetapi demi kesejahteraan umat secara keseluruhan," tutup RD Sulpicius. (jti)