Berita Jateng

BUMDes Kuwaron Grobogan Olah Sampah Jadi Solat, Klaim Lebih Bagus dari Pertamina

BUMDes Kuwariron Jaya telah menyerap 15 tenaga kerja lokal yang terdiri dari tim pengangkut sampah, operator mesin pres, hingga sopir.

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: khoirul muzaki
Fachri Sakti/Tribun Jateng
BUMDES KUWARIRON JAYA: Berawal dari keterbatasan modal dan kegelisahan akan persoalan sampah, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kuwariron Jaya, Desa Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, justru menjelma menjadi pelopor inovasi pengelolaan sampah terpadu di tingkat desa. Di bawah kepemimpinan Drs Ali Sadzali sejak akhir 2019, BUMDes ini mengelola sampah rumah tangga menjadi pupuk, bahan baku pabrik, bahkan solar 

Ali menegaskan bahwa keuntungan BUMDes bukan hanya soal angka di neraca keuangan.

Hingga kini, BUMDes Kuwariron Jaya telah menyerap 15 tenaga kerja lokal yang terdiri dari tim pengangkut sampah, operator mesin pres, hingga sopir.

Mereka semua digaji harian dan menopang ekonomi keluarga masing-masing.

Dalam lima tahun terakhir, aset BUMDes Kuwariron Jaya bahkan telah menyentuh angka Rp 850 juta, sebuah pencapaian besar mengingat modal awal yang minim.

"Lima belas tenaga kerja kita gaji harian, kemudian dia menghidupi istri dan anak, itu melebihi program makan gratis lho, ini memberi makan anak, istri dan keluarga tiga hari sekali, tulang punggungnya kerja di BUMDes, keren tho."

"Itu termasuk keuntungan, jangan dilihat dari sisi keuntungannya berapa, dan selama lima tahun alhamdulillah aset kami sudah menembus Rp 850 juta dari modal yang tidak banyak," tuturnya.

Kunci BUMDes Sehat: Sinergi dan Inovasi

Ali menyebut ada lima syarat utama agar sebuah BUMDes bisa berjalan sehat dan berkembang.

Yakni pemahaman pemerintah desa terhadap fungsi BUMDes, kapasitas pengelola, sinergi antara pemerintah desa dan pengelola BUMDes, modal yang memadai, serta status badan hukum.

"Yang pertama, pemahaman pemerintah desa, terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD, bagaimana mereka memahami tentang keberadaan BUMDes, buat pantes-pantes atau benar-benar sebagai alat."

"Yang kedua pengelola BUMDes sejauh mana pemahamannya tentang BUMDes, kalau pengelola BUMDesnya paham walaupun tidak dimodali desa ya bisa jalan, maka dibutuhkan inovasi."

Baca juga: Bupati Amel Beri Pesan Khusus untuk Calon Paskibraka Banjarnegara

“Kalau pengelola BUMDes dan pemerintah desa sama-sama tidak paham, ya sudah ‘the end’.”

"Yang ketiga sinergi pemerintah desa dan pengelola BUMDes, yang keempat modal, yang kelima adalah berbadan hukum. Kelima ini harus jalan," tegasnya.

Selain sinergi dengan pemerintah desa, keberhasilan pengelolaan sampah di Kuwaron juga tidak lepas dari kolaborasi dengan RT dan RW.

"BUMDes tidak bisa berjalan sendiri, harus sinergi dengan pemerintah desa," pungkasnya.

Dengan inovasi, sinergi, dan semangat sosial yang kuat, BUMDes Kuwariron Jaya menjadi contoh konkret bahwa solusi atas persoalan lingkungan bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved