Berita Jateng

BUMDes Kuwaron Grobogan Olah Sampah Jadi Solat, Klaim Lebih Bagus dari Pertamina

BUMDes Kuwariron Jaya telah menyerap 15 tenaga kerja lokal yang terdiri dari tim pengangkut sampah, operator mesin pres, hingga sopir.

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: khoirul muzaki
Fachri Sakti/Tribun Jateng
BUMDES KUWARIRON JAYA: Berawal dari keterbatasan modal dan kegelisahan akan persoalan sampah, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kuwariron Jaya, Desa Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, justru menjelma menjadi pelopor inovasi pengelolaan sampah terpadu di tingkat desa. Di bawah kepemimpinan Drs Ali Sadzali sejak akhir 2019, BUMDes ini mengelola sampah rumah tangga menjadi pupuk, bahan baku pabrik, bahkan solar 

TRIBUNBANYUMAS.COM, GROBOGAN — Berawal dari keterbatasan modal dan kegelisahan akan persoalan sampah, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kuwariron Jaya, Desa Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, justru menjelma menjadi pelopor inovasi pengelolaan sampah terpadu di tingkat desa.

Di bawah kepemimpinan Drs Ali Sadzali sejak akhir 2019, BUMDes ini mengelola sampah rumah tangga menjadi pupuk, bahan baku pabrik, bahkan solar.

Prestasi tersebut membuat BUMDes Kuwariron Jaya meraih predikat BUMDes maju selama empat tahun berturut-turut.

Ali Sadzali mengatakan, dari lima unit usaha yang dirancang sejak awal — mulai dari pengelolaan sampah, pelatihan kerja, sektor pertanian hingga jasa konstruksi — unit pengelolaan sampah menjadi salah satu yang berkembang pesat.

"Unit usaha kami sebenarnya ada lima, yang berjalan paling sehat dalam lima tahun ini adalah pengelolaan sampah terpadu," kata Ali, saat ditemui TribunJateng.com.

Baca juga: Tiga Maskapai Siap Layani Penerbangan Internasional di Bandara Ahmad Yani Semarang

Menurutnya, peluang usaha pengelolaan sampah justru sangat menjanjikan.

Selama manusia hidup, kata Ali, sampah akan selalu ada. Maka, masalah itu bisa menjadi peluang bisnis berkelanjutan.

Sampah Disulap Jadi Solar dan Pupuk

BUMDes Kuwariron Jaya membagi sampah menjadi dua kategori, yaitu organik dan non-organik.

Sampah organik diolah menjadi pupuk, sementara sampah non-organik, seperti plastik, diubah menjadi bahan bakar solar.

“Plastik kresek, bungkus gula, dan plastik rumah tangga itu tidak bisa diurai tanah. Maka kami berinovasi membuatnya menjadi solar,” ujarnya.

Menariknya, teknologi pengubah plastik menjadi solar ini diperoleh berkat kepercayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang memberikan mesin pengolah sampah kepada BUMDes Kuwariron Jaya. Hasilnya pun tidak main-main.

“Kualitas solar kami lebih tinggi dari solar yang dijual Pertamina. Sudah dites BRIN Pusat,” kata Ali bangga.

Hanya saja saat ini produksi solar masih terbatas sehingga hanya bisa digunakan oleh warga Kuwaron.

Bukan Hanya Untung Finansial

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved