Berita Banyumas

Harga Kedelai Naik, Bagaimana Nasib Perajin Tempe di Pliken Banyumas?

Pengrajin tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas menyatakan, belum merasakan dampak yang signifikan akibat kenaikan harga kedelai

farah anis/tribunbanyumas.com
PENGRAJIN TEMPE - Martiyah, seorang pengrajin tempe saat sedang membungkus kedelai menjadi tempe mendoan di kediamannya, Desa Pliken Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas pada Selasa (15/4/2025). TRIBUNBANYUMAS.COM/Farah Anis Rahmawati  

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Pengrajin tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas menyatakan, belum merasakan dampak yang signifikan akibat kenaikan harga kedelai impor.

Naiknya harga kedelai impor akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

"Meskipun harga kedelainya naik, tapi untuk saat ini belum terlalu berimbas."

Baca juga: Siap-siap Harga Tahu dan Tempe Mahal. Harga Kedelai Impor Merangkak Naik Imbas Melemahnya Rupiah

"Malahan tahun ini jauh lebih murah dibanding tahun kemarin yang bisa mencapai Rp15.000," jelas Martiyani, seorang pengrajin tempe di Desa Pliken kepada Tribunbanyumas.com pada Selasa (15/4/2025).

Ia juga menyampaikan, harga kedelai mulai naik saat menjelang bulan puasa dan hingga saat ini harga kedelai terus mengalami kenaikan sebesar Rp100-200.

Meskipun harga kedelai naik untuk suplai kedelainya terbilang cukup mudah dan dapat dijumpai di toko-toko.

Setiap harinya, Martiyani membutuhkan sebanyak 20 kilogram kedelai untuk membuat 300 hingga 2.000 bungkus tempe setiap harinya.

Baca juga: Harga Kedelai Tembus Rp12.550 Per Kilogram Bikin Pengusaha Tempe di Banyumas Menjerit

"Tempe-tempe ini nantinya akan dijual ke pasar Segamas Purbalingga," katanya.

Lebih lanjut, Martiyani mengatakan, nantinya jika harga kedelai terus merangkak naik ia tidak akan menaikan harga kedelai di tempat produksinya.

"Kalau kita naikan harga nanti ya konsumen pada kabur."

"Kalau naik terus paling kita akan kecilin atau kurangi pembuatannya," ujarnya.

Ia juga menambahkan, meski harga kedelai terus merangkak naik, tempe produksinya tetap dibuat menggunakan bahan-bahan seperti biasanya. tidak ada bahan tambahan.

"Kita gak pakai bahan tambahan atau campuran, karena nanti akan berpengaruh sama cita rasanya," tambahnya. (*)

Baca juga: Peluang! Inovasi Prof Nina Unnes Sulap Limbah Olahan Kedelai Jadi Barang Bernilai Jual

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved