Berita Jateng
Peluang! Inovasi Prof Nina Unnes Sulap Limbah Olahan Kedelai Jadi Barang Bernilai Jual
Pembuangan limbah cair olahan kedelai masih menjadi persoalan pelik di masyarakat. Banyak dari mereka yang masih membuang limbah di sungai.
Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG- Pembuangan limbah cair olahan kedelai masih menjadi persoalan pelik di masyarakat. Banyak dari mereka yang masih membuang limbah di sungai.
Imbasnya, ekosistem lingkungan terganggu oleh pencemaran.
Namun, di tangan kreatif Prof. Dr. Siti Harnina Bintari, M.S, limbah tersebut disulap menjadi barang bernilai jual.
Melalui laboratorium bioteknologi Filnata, Prof. Nina begitu disapa, mengajak masyarakat bergerak mengatasi limbah.
Laboratorium bioteknologi Filnata merupakan hasil hilirisasi kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis olahan kedelai.
Baca juga: Dengan Cara Ini, Tiga Juta Guru dan Siswa Madrasah Bakal Jadi Ahli Matematika pada Tahun 2024
Lokasi Kelurahan Sumurrejo, Gunungpati, Semarang dipilih lantaran, banyak masyarakat di sana menjadi pengrajin olahan kedelai.
Prof. Nina mengatakan, limbah cair pembuatan tahu dan tempe mengandung zat organik (±70 persen) dan anorganik (±30 persen).
Adapun zat organik terdiri dari 1 persen karbohidrat, 0,1-0,8 persen protein, 0,4-1,0 persen lemak dan sekitar 0,4 persen mineral.
Menurutnya, limbah cair tersebut bisa diolah menjadi nata de soya, pupuk cair hingga membran filter organik.
"Selama ini produk samping berupa limbah cair dari olahan kedelai belum ditangani serius. Hadirnya Lab. Bioteknologi Filnata untuk mengatasi limbah UMKM (tahu dan tempe) di sini," kata Prof. Nina, Minggu (15/10/2023).
Proses pembuatan nata de soya cukup mudah. Yakni limbah cair tahu dan tempe dicampur air kelapa tua, lalu direbus dengan tambahan 0,05 persen gula pasir dan 0,005 persen ZA.
Prof Nina menambahkan, butuh sekira 5-7 hari waktu fermentasi agar nata de soya benar-benar jadi.
"Selanjutnya dituang ke nampan bersih dan diinkubasi selama 24 jam. Dilakukan inokulasi starter nata di bagian ujung nampan kemudian di fermentasi 5-7 hari," jelas guru besar biologi Universitas Negeri Semarang tersebut.
Nata de soya yang sudah jadi, lalu dicuci dan direbus sebelum ke tahap press dingin hingga tiris. Dijelaskan Prof Nina, tahap selanjutnya yakni press panas dengan suhu ±180 Celcius.
"Lama waktu yang dibutuhkan sesuai dengan ketipisan lembaran nata de soya," terangnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.