Hikmah Ramadan oleh Menteri Agama

Merawat Kemabruran Puasa: Dimulai dengan Niat Yang luhur

Niat yang luhur bukan diucapkan, tetapi dihayati dan diresapi sedalam-dalamnya sehingga terasa

Editor: Rustam Aji
Kemenag RI
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA 

Ada kecenderungan semua paradiga cenderung didominasi oleh unsur kebinatangan kita.

Pertimbangan nilai-nilai luhur kemnusiaan dan keagamaan sudah tergerus oleh nilai-nilai fragmatisme.

Segalanya diukur berdasarkan untung-rugi, bukan lagi wajar atau tidak wajar, baik atau tidak baik, benar atau salah.

Akal-budi atau akhlaqul karimah tidak lagi aktif di dalam masyarakat. Bahkan banyak orang yang tega berpesta dan membangunistana di atas puing-puing kehancuran saudaranya sendiri.

Jika pola kehidupan sudah seperti itu dan tidak ada usaha untuk mengatasinya, maka itu pertanda ‘lampu kuning’ bagi dunia kemanusiaan kita.

Jika demikian adanya maka alam raya pun enggan menerima kehadiran kita sebagai khalifahnya. Bahkan sebaliknya ia akan menunjukkan pembangkangannya dengan berbagai cara.

Termasuk di antaranya dengan anomaly cuaca yang sulit diprediksi, bencana alam merajalela, gunung-gunung  batuk berjamaah, dan virus asing bermunculan di mana-mana.

Jika hal-hal seperti ini muncul maka mungkin inilah yang disebut Nabi sebagai tanda-tanda kecil (‘alama al-shugra) hari kiyamat akan tiba. 

 Dengan demikian niat luhur untuk senantiasa merawat kelestarian kemabruran ubudiyah selama sebulan Ramadhan diharapkan bisa terpelihara kesuciannya dengan niat yang luhur dan keinginan yang kuat untuk selalu dekat dengan Allah SWT. (*/2/Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved