Berita Batang
Ekskavasi Dilanjutkan, Candi Batu Bata di Gringsing Batang Diduga dari Abad 7. Tertua di Jateng
BRIN melanjutkan ekskavasi candi batu bata yang ditemukan di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang.
Penulis: dina indriani | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BATANG - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) melanjutkan ekskavasi candi batu bata yang ditemukan di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Jateng).
Dari arang yang ditemukan, candi tersebut diduga berusia 14 abad atau berasal dari abad ke-7 Masehi.
Candi tersebut diduga dibangun tahun 630-an di periode sebelum Mataram, yaitu zaman Kalingga atau Kerajaan Holing.
Candi batu bata ini ditemukan pertama kali oleh seorang arkeolog dari Prancis dan BRIN, saat melakukan penelitian di wilayah Pantai Utara pada tahun 2019.
Proses ekskavasi yang berlangsung sekarang membuka kembali bentuk dasar candi batu bata yang berukuran 8x8 meter.
Tim ekskavasi yang terdiri dari ahli dari BRIN Pusat, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dan Ikatan Arkeologi Indonesia, telah memulai penggalian di area temuan candi.
Delineasi sementara menunjukkan bahwa kompleks candi ini cukup luas, berukuran mencapai 1,6x1,6 kilometer.
Baca juga: Innalillahi, Atlet Popda Jateng Cabor Balap Sepeda asal Batang Meninggal saat Latihan
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Batang, Bambang Suryantoro Sudibyo menjelaskan, candi ini bisa mirip Candi Borobudur yang menyatu dalam satu bangunan megah, atau seperti Candi Prambanan yang memiliki candi-candi terpisah dalam satu kompleks.
Bahkan, ditemukan titik candi lain, sekitar 200 meter dari candi pertama.
"Proses ekskavasi akan berlangsung selama 10 hari."
"Saat ini, bentuk candi sudah mulai terlihat dan pada 1 Juli nanti, hasil ekskavasi akan disampaikan melalui diskusi dengan Bapelitbang dan DPUPR Kabupaten Batang," tutur Bambang saat ditemui di lokasi ekskavasi, Selasa (25/6/2024).
Bambang mengatakan, candi yang diduga tertua di Jateng itu menjadi aset berharga Kabupaten Batang dan harus benar-benar dipelihara.
"Ini bisa jadi cagar hudaya dan bisa jadi ikon wisata di Jawa Tengah, khususnya Batang," ujarnya.
Sementara, arkeolog dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agustijanto Indradjaja mengatakan, candi tersebut diduga dari abad 7 M berdasarkan arang yang ditemukan.
Arang tersebut kemudian dikirim ke New Zealand dan Amerika untuk diteliti.
"Tereservasi, tersisa bagus, tapi hanya tersisa bagian kaki, sekitar 33 persen. Sementara, badan dan atap (candi), hilang."
"Ini kan bata, beda dengan batu kan, kalau roboh hancur," jelasnya.
Ia menyebut, sebenarnya, pihaknya sudah melakukan survei di Pantai Utara Batang sejak 2012.
Lalu, pada 2014-2015, pihaknya hendak mengekskavasi di sekitar situs pertirtaan Balaikambang.
Balaikambang adalah situs pertirtaan dari abad ke-9, jarak antara situs Balekambang dengan lokasi Candi Batu Bata itu sekitar 30 meter.
Temuan arca di Balekambang adalah situs Durga dari Hindu, dan Arca Sri Vashudara dari Budha.
Agus menyebut, pihaknya tidak bisa melakukan survei saat itu karena masih berupa hutan karet.
Kemudian, pada 2019, pohon karet dibuka.
"Kemudian, kami ekskavasi 2019, hasilnya kami laporkan ke Pemkab Batang untuk bisa membuka candi ini sehingga nanti bisa dinikmati."
"Namun, saat itu, kami belum sempat melakukan survei area di sekitar candi."
"Untuk tahun ini, karena kebutuhan delineasi, kami melakukan survei," terangnya.
Baca juga: Mengenal Candi Bima, Candi Terbesar di Dieng yang Terpengaruh Arsitektur Budaya India
Hasil survei area, pihaknya menemukan indikasi tinggalan arkeologi lain, yaitu struktur bangunan di bagian bukit. Kemudian, juga ada temuan tembikar hingga keramik.
"Jadi, memang yang jelas ini bangunan pemujaan, tapi apakah ini Budha atau Hindu, kami belum bisa memastikan karena emang belum ada indikasi apa-apa."
"Karena, biasanya, kalau seperti ini, hampir sama, kecuali kita tinggal lihat ada sisa arcanya atau inskripsi itu, baru kita bisa pastikan, sampai saat ini kita belum bisa menemukan," jelasnya.
Dia menduga, candi itu berasal pada zaman kerajaan sebelum Mataram Kuno yang baru ada pada abad ke 8.
Berdasarkan sumber tertulis, ada satu kerajaan di sekitar abad 7, yaitu Kerjaan Holing atau Kalingga.
"Kalau kerajaannya, kita tahu Mataram Kuno itu baru ada sekitar abad 8, atau 720 Masehi. Jadi, ini ada satu periode sebelum Mataram kuno."
"Kalau dari sumber-sumber tertulis, sebelum Mataram kuno itu di Jawa ada kerajaan yang namanya oling atau Holing, yang terkenal dengan Ratu Sima," imbuhnya.
Agus menyebut bahwa struktur candi di Kabupaten Batang punya kemiripan dengan Candi Batujaya di Karawang.
"Di sana, ada kerajaan Tarumanegara pada abad 5-7, strukturnya mirip," katanya. (*)
Baca juga: 22 Pengedar Narkoba Ditangkap, Ambil di Semarang untuk Diedarkan ke Solo Hingga Kebumen
Baca juga: Peringatan bagi ASN dan THL di Pemkab Jepara, Terbukti Bermain Judi Online Bakal Dipecat
Naga Ditunggangi Ratu Jadi Magnet Karnaval di Banaran Batang, Langsung Banjir Pesanan Sewa |
![]() |
---|
3.000 Honorer di Batang Diusulkan Jadi PPPK Paruh Waktu, Berstatus sebagai ASN meski Gaji Tak Penuh |
![]() |
---|
Belum Ada Tersangka, Ibu 2 Bocah Tenggelam di Pantai Sigandu Batang Masih Jalani Observasi Kejiwaan |
![]() |
---|
Tak Perlu Lagi ke Stasiun Pekalongan, Warga Kini Bisa Naik KA Argo Muria dari Stasiun Batang |
![]() |
---|
Mayat Pemuda Ditemukan Membusuk di Sumur Pasar Wonotunggal Batang, Korban Cemburu Pelaku |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.