Berita Boyolali
Gunung Merbabu Diguyur Hujan Es, BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem di Musim Pancaroba
Hujan es melanda kawasan Gunung Merbabu, di wilayah Selo, Boyolali, Jawa Tengah.
TRIBUNBANYUMAS.COM - Hujan es melanda kawasan Gunung Merbabu, di wilayah Selo, Boyolali, Jawa Tengah.
Video terjadinya hujan es ini dibagikan seorang pendaki lewat akun Instagram @baysptraaa.
Dalam video yang dibagikan, terlihat hujan es turun cukup deras.
Ukuran es yang turun sebesar kerikil yang tak terlau besar.
"Kejadian tak terduga, dapat momen hujan es batu saat mendaki Merbabu 16 Maret 2023," tulis pemilik akun.
Dikonfirmasi Kompas.com, saat hujan es terjadi, pendaki dalam perjalanan menuju puncak Ketengsongo Gunung Merbabu, di pos 4 Sabana 1 via Selo.
Tepatnya, terletak di Desa Genting Tarubatang, Dusun I, Suroteleng, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Penjelasan BMKG
Kepala Bidang Prediksi dan Prediksi Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengungkapkan, hujan es secara umum bisa terjadi di manapun jika kondisi atmosfernya memungkinkan.
"Fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (21/3/2023).
Baca juga: Calon Pendaki Gunung Merbabu Kini Wajib Daftar secara Daring, Begini Caranya
Ia menyatakan, fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu adanya pola konvektifitas atau gerakan udara di atmosfer yang signifikan dalam skala wilayah lokal-regional.
Menurut Miming, hujan es terbentuk berkat adanya awan Cumulonimbus (Cb).
Umumnya, awan ini memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan adanya kondisi pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat di dalam awan tersebut.
Pergerakan massa udara yang cukup kuat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dengan suhu yang sangat dingin.
Uap itu kemudian membeku menjadi partikel es.
Kondisi ini lalu dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.
"Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB dikenal dengan istilah downdraft," lanjutnya.
Downdraft dapat menghasilkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan tersebut.
Saat butiran es terlalu besar, awan tidak akan kuat menampungnya lagi.
Baca juga: Pendaki Gunung Merbabu Dilarang Lewat Jalur Timboa Boyolali, Ini Alasan Balai Taman Nasional Merbabu
Akibatnya, butiran es akan turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menghasilkan fenomena hujan es.
"Kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara," tambahnya.
Karena es jatuh terlalu cepat, ketika sampai dipermukaan Bumi pun masih dalam bentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.
Cuaca Ekstrem
Menurut Miming, hujan es masih dapat terjadi hingga masuk musim pancaroba atau sekitar Maret hingga April.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Jalur Pendakian Gunung Slamet di Kabupaten Tegal Ditutup Sampai Waktu Tak Terbatas
Di saat yang sama, ada juga potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan lebat disertai petir, dan angin kencang.
"BMKG memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut," lanjutnya.
BMKG juga mengimbau warga agar berhati-hati terhadap ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, dan pohon tumbang. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hujan Es Turun di Merbabu, BMKG: Masih Dapat Terjadi hingga Musim Pancaroba".
Baca juga: Penulis Buku Jokowi Undercover Dituntut 10 Tahun Penjara: Ditinggal Pengacara, Sempat Tutup Telinga
Baca juga: MAKI Ajukan Gugatan Praperadilan Kasus Calo Seleksi Bintara Polri 2022, Kasus Dinilai Sempat Mandeg
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/hujan-es-terjadi-di-purbalingga.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.