Berita Cilacap
Gempa 4 Kali Guncang Cilacap dalam Sehari, BMKG: Lempeng Indo-Australia Menyusup ke Lempeng Eurasia
Dalam sehari, Rabu (9/11/2022), wilayah Cilacap, Jawa Tengah, diguncang empat kali gempa skala kecil.
Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Dalam sehari, Rabu (9/11/2022), wilayah Cilacap, Jawa Tengah, diguncang empat kali gempa skala kecil.
Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo menginformasikan, gempa pertama terjadi pada Rabu pagi, pukul 05.27 WIB, yang berkekuatan magnitudo 2,8.
Titik episenter gempa berada di laut pada jarak 94 kilometer arah barat daya Cilacap pada kedalaman 63 kilometer.
Kemudian, gempa kedua berkekuatan magnitudo 2,5, terjadi pada pukul 06.45 WIB.
Titik episenter gempa kedua berada di laut pada jarak 81 kilometer arah tenggara Cilacap dengan kedalaman 10 kilometer.
"Untuk gempa ketiga, terjadi sore hari, pukul 15.04 WIB dengan magnitudo 2,8. Titik episenter gempa berada di laut pada jarak 68 kilometer arah tenggara Cilacap, kedalamannya 10 kilometer," kata Hery dalam rilis, Kamis (10/11/2022).
Baca juga: Cilacap Diguncang Gempa Dua Kali dalam Sehari, Begini Penjelasan BMKG
Baca juga: Gempa M 4,7 di Cilacap Terasa hingga Pangandaran Jawa Barat
Sementara itu, gempa keempat, terjadi pukul 15.37 WIB dengan magnitudo 2,6.
Titik episenter gempa keempat berada di laut pada jarak 63 kilometer arah tenggara Cilacap, pada kedalaman 37 kilometer.
Hery memastikan, gempa kecil itu tidak berpotensi tsunami.
Dalam penjelasannya, Hery mengatakan, gempa ini terjadi akibat adanya subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup ke lempeng Eurasia.
"Penyebab gempa itu diketahui setelah melihat dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenter gempa tersebut," jelasnya.
Hery mengatakan, Cilacap merupakan daerah yang memiliki aktivitas seismic yang tinggi.
Hal ini dikarenakan lokasi Cilacap yang cukup dekat dengan zona subduksi pertemuan antara dua lempeng besar, yakni lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia.
Lempeng Indo-Australia diketahui terus aktif menunjam ke bawah lempeng.
Hal itu disebabkan sifat lempeng Indo-Australia yang memiliki kepadatan material yang lebih tinggi dan memiliki elemen-elemen zat pada lempeng samudra yang lebih berat jika dibanding lempeng benua Eurasia.
"Sehingga, ketika terjadi tumbukan antar lempeng, lempeng yang berat jenisnya lebih tinggi atau massanya lebih besar (Lempeng Indo-Australia) akan menujam ke bawah lempeng yang lebih ringan (Lempeng Eurasia)," jelasnya.
Baca juga: Mencicipi Sate Ayam Martawi Khas Cilacap yang Mempunyai Potongan Daging Tebal
Baca juga: Ikan Sidat Kaliwungu Cilacap Jadi Favorit, Dikirim ke Restoran Michelin Star Indonesia hingga Jepang
Pergerakan lempeng Indo-Australia, diungkapkan Hery, mencapai 7 sentimeter per tahun.
Sedangkan lempeng Eurasia, mengalami pergerakan 13 centimeter per tahun.
Hery mengatakan, terjadinya gempa-gempa di sekitar pantai selatan Cilacap menandakan bahwa daerah tersebut merupakan wilayah yang aktif akan gempa bumi.
Dengan mengetahui wilayah aktif gempa bumi ini, tentu dapat menjadi acuan pemerintah dalam upaya mitigasi bencana.
"Tentunya, dengan mengetahui daerah yang memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi, bisa menjadi dasar pijakan bagi pemerintah daerah dalam upaya memitigasi atau pengurangan risiko bencana gempa bumi," ujarnya.
Walaupun tidak berpotensi tsunami namun Hery menghimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, terkait gempa bumi ini.
"Pastikan bahwa masyarakat juga mendapatkan informasi resmi terkait gempa bumi hanya bersumber dari situs resmi maupun sosial media BMKG," imbuh Hery. (*)
Baca juga: Pikap Bawa 7 Penumpang Tabrak Pohon hingga Terbalik di Ajibarang Banyumas, Dua Orang Tewas
Baca juga: Detik-detik Babi Hutan atau Celeng Masuk Permukiman di Salem Brebes, Warga Diseruduk Terjengkang
Baca juga: Selamat! Greysia Polii Resmi Jadi PNS Kemenpora: Semoga, Banyak Anak Terinspirasi Jadi Olahragawan
Baca juga: Seorang Lelaki WNI Tewas Ditembak di Pennsylvania, AS; Identitasnya Belum Diketahui