SBMPTN 2022
Mengaku Tunanetra Padahal Tidak, Dua Peserta UTBK SBMPTN Undip Semarang Didiskualifikasi
Panitia Pelaksana UTBK SBMPTN Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, mendiskualifikasi dua peserta ujian.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Panitia Pelaksana Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, mendiskualifikasi dua peserta ujian.
Keduanya didiskualifikasi lantaran mendaftar sebagai peserta disabilitas tunanetra. Padahal, hasil pemeriksaan, keduanya normal.
Koordinator Pelaksana UTBK PTN 355 Undip Dr Bambang Cahyono mengungkap identitas dua peserta tersebut, yakni Tiara Ayu Widayanti dan Dominico Deny Styaji.
Keduanya tercatat sebagai peserta UTBK SBMPTN Undip di kampus Universitas Diponegoro-Tembalang 5, pada Kamis (19/5/2022) pagi.
Menurut Bambang, kasus ini terungkap setelah sehari sebelum ujian, panitia menghubungi keduanya untuk melakukan verifikasi terkait kondisi kesehatan.
Baca juga: Kisah Riko, Penyandang Disabilitas Celebral Palsy Tetap Semangat Ikut UTBK SBMPTN di Unnes
Baca juga: Berikut Peraturan Peserta saat Ikui UTBK SBMPTN di Unnes, Ujian Dibagi dalam 2 Sesi
Ketika dihubungi, Dominico menyatakan memiliki kondisi penglihatan kabur namun bukan kategori tunanetra.
Mempertimbangkan hal tersebut, pihaknya memperkenankan Dominico tetap datang untuk dicek.
"Yang kedua, mengaku betul-betul tunanetra sehingga saat hari H, kami tunggu. Dan, saat bertemu langsung, keduanya bukan tunanetra," ujarnya.
Sesuai standard operating procedure (SOP) dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), hal ini dinyatakan sebagai pelanggaran sehingga keduanya tidak bisa mengikuti ujian.
"Peserta didiskualifikasi dan dianggap yang bersangkutan tidak mengikuti ujian dan dilaporkan langsung pada LTMPT Pusat, kemudian dilakukan pemblokiran soal di dashboard akun peserta tersebut," tambahnya.
Menurut Bambang, kasus serupa pernah terjadi pada pelaksanaan UTBK SBMPTN periode sebelumnya, yakni, tiga anak mengisi keterangan sebagai difabel.
Saat itu, peserta bisa dialihkan dan mengikuti tes karena sistem belum memiliki verifikasi berjenjang terkait pengakuan sebagai disabilitas.
"Pada UTBK tahun ini, pengisian di sistem dilakukan verifikasi berjenjang untuk memverifikasi apakah yang bersangkutan benar disabilitas, ditambah harus mengunggah surat keterangan bertanda tangan kepala sekolah."
"Bila tidak mengunggah surat keterangan, tidak bisa mencetak kartu ujian, otomatis tidak dapat terdaftar sebagai peserta," terangnya.
Didaftarkan Teman
Berdasarkan data di kartu peserta, Dominico merupakan siswa SMA Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan Magelang dan Tiara merupakan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 9 Semarang.
Informasi yang didapat, Dominico mengalami low vision yang merupakan keterbatasan penglihatan yang tidak bisa ditanggulangi menggunakan kacamata, lensa kontak, maupun operasi. Namun, yang bersangkutan masih bisa melihat.
Sedangkan Tiara, memakai kacamata dan mengaku memiliki minus 0,5.
Tiara mengaku, pendaftaran UTBK SBMPTN dilakuan teman sekolah.
Baca juga: Cegah Penyakit Mulut dan Kuku, Pemkab Banyumas Larang Sementara Masuknya Sapi dari Luar Daerah
Baca juga: Gagal Melaju ke Final SEA Games, Begini Kata Shin Tae-yong setelah Indonesia Kalah 0-1 dari Thailand
Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Jumat 20 Mei 2022: Rp 1.012.000 Per Gram
Berkas surat keterangan dari kepala sekolah yang menyatakan siswa tersebut tunanetra juga diurus sang teman.
"Waktu itu, saya belum daftar kemudian teman yang mendaftarkan. Setelah saya lihat tahunya dimasukkan tunanetra padahal saya normal," ujarnya.
sementara, Kepala SMA Negeri 9 Semarang Agus Budi Purwaka membenarkan jika Tiara Ayu Widayanti adalah anak didiknya.
Menurut Agus, Tiara merupakan siswa kelas XII IPS 4.
Namun, Agus memastikan, Tiara bukan siswa tunanetra.
"Di SMAN 9 Semarang tidak ada siswa yang tunanetra," ujarnya.
Terkait status Tiara yang terdaftar sebagai peserta tunanetra UTBK SBMPTN, Agus tidak mengetahui.
Begitu pula soal surat dari kepala sekolah yang menegaskan kondisi itu.
Agus berjanji mengusut kasus ini. (*)