Berita Bisnis

Harga Elpiji Nonsubsidi Naik, Pedagang Khawatir Gas Melon Langka

Kondisi ini membuat para pedagang mulai khawatir akan kelangkaan gas melon atau gas elpiji 3 kilogram (bersubsidi).

tribunjateng/ida
Aktivitas jual beli gas elpiji di toko jalan Wotgandul Semarang, Selasa (1/3/2022). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG- Harga produk LPG nonsubsidi naik mulai 27 Februari 2022 kemarin.

Kondisi ini membuat para pedagang mulai khawatir akan kelangkaan gas melon atau gas elpiji 3 kilogram (bersubsidi).

Pasalnya, setelah adanya pengumuman penyesuaian harga elpiji nonsubsidi menjadi sekitar Rp 15.500 perkilogram, pedagang kini mulai merasakan tersendatnya pasokan.

Baca juga: Merasa Belum Terima Ganti Rugi, Ahli Waris Lahan Terdampak Tol Semarang-Demak Blokade Jalan Proyek

Pedagang ecer elpiji melon di jalan Kauman Semarang, Toyib menuturkan, jumlah elpiji yang didapatkan kini mulai berkurang jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga elpiji nonsubsidi.

Dikatakan, jika biasanya dalam sehari ia bisa memperoleh hingga 30 tabung gas melon untuk dikirim ke rumah-rumah ataupun warung, kini ia hanya mendapatkan sekitar 20 tabung.

"Sekarang agak langka, biasanya dapat banyak, sekarang sedikit.

Kalau biasanya sekali ambil (ke agen) saya dapat 15 tabung, dua kali sehari jadi sekitar 30 tabung.

Ini paling sekali antar 10 atau 8 tabung.

Kalau sekarang sehari sekitar 20 tabung.

Tidak pasti," kata Toyib, Selasa (1/3/2022).

Baca juga: Terungkap di Sidang, Kontraktor Proyek DPUPR Banjarnegara Setor Dana untuk Kampanye Budhi Sarwono

PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mengumumkan bahwa harga gas bersubsidi seperti gas melon tidak mengalami kenaikan.

Saat ini, Toyib masih kulak dengan harga Rp 16 ribu yang kemudian ia jual dengan harga Rp 18 ribu per tabung isi ulang.

Namun kata dia, dengan adanya kenaikan harga gas elpiji non subsidi turut memberikan pengaruh terhadap pendistribusian tabung gas bersubsidi.

"Pengiriman jadi telat, sehingga pelanggan juga berusaha cari di sekitar sini tapi susah juga.

Kalau gas elpiji 5,5 kilogram dan 12 kilogram memang saya tidak jual, tidak punya tabungnya," kata dia.

Baca juga: Warga Lima Desa di Blora Bakal Direlokasi Tahun Ini, Terdampak Proyek Bendung Gerak Karangnongko

Pedagang ecer lain, Setiabudi yang memiliki toko di jalan Wotgandul Semarang menuturkan, sejak adanya penyesuaian harga gas elpiji nonsubsidi, penjualan gas elpiji bersubsidi semakin meningkat.

Dikatakan, jika biasanya ia mampu menjual sekitar 30 gas elpiji melon, dengan kenaikan harga nonsubsidi kini ia mampu menjual sekitar 40 gas elpiji melon.

"Gas Melon sekarang laris, karena banyak yang beralih ke tabung kecil (melon).

Biasanya sehari terjual sekitar 30 tabung, sekarang 40 tabung," ungkapnya.

Namun di sisi lain, Setiabudi menjelaskan, penjualan gas nonsubsidi kini menurun drastis.

Bahkan ia menyebut tidak menentu setiap harinya.

Baca juga: Angka Kematian Akibat Covid Tembus 61 Kasus, Wakil Bupati Banyumas: Kebanyakan Belum Vaksin

Biasanya, kata dia, dalam sehari ia mampu menjual tiga tabung gas elpiji 12 kilogram.

Namun ia kini hanya mampu menjual satu tabung gas 12 kilogram sejak kenaikan harga berlaku.

Menurutnya, hal ini juga turut mengurangi keuntungan yang ia peroleh setiap harinya.

"Di (toko) saya biasanya sehari terjual minimal tiga tabung 12 kilogram.

Sekarang jarang, paling seminggu sekali atau dua kali.

Sejak harga naik ini baru laku satu. Kalau yang 5,5 kilogram tidak laku.

Dampak kenaikan harga, mengurangi keuntungan yang ada," ungkapnya.

Baca juga: Marcello Tahitoe atau Ello Jadi Vokalis Anyar Dewa 19

Sementara itu, Setiabudi menyebutkan, sejauh ini ia belum memperoleh standar harga gas elpiji.

Namun dikatakan, ia mengikuti harga pasar yang ada saat ini.

Adapun disebutkan, terkait pasokan produk LPG menurutnya saat ini masih lancar.

Hanya saat akhir pekanlah yang menurutnya terhambat.

"Saya belum dapat harga pasti, cuma sekarang saya ikuti harga pasar.

Harga gas elpiji yang 12 kilogram sekarang saya jual Rp 195 ribu, sebelumnya Rp 175 ribu.

Kemudian gas elpiji 5,5 kilogram yang sebelumnya Rp 75 ribu sekarang Rp 90 ribu.

Kalau gas melon tetap Rp 18 ribu.

Kalau untuk ketersediaan, gas melon sekarang agak mudah agak sulit.

Untungnya masih lancar, kecuali Sabtu dan Minggu agak sulit karena suplainya.

Banyak yang butuh, jadi tidak bisa menutup," sebutnya.

Baca juga: Sidang Suap Bupati Nonaktit Banjarnegara, Saksi Ungkap Sopir Jadi Dirut Perusahaan Pelaksana Proyek

Senada dikatakan Lilik, pedagang lain di jalan Wotgandul.

Menurutnya, kenaikan harga yang terjadi pada gas non subsidi memberikan dampak pada penurunan penjualan.

Menurutnya, konsumennya juga mulai mengeluhkan kenaikan harga tersebut.

"Gas elpiji besar 12 kilogram sekarang sepi pembeli.

Sekarang paling seminggu dua tabung 12 kilogram terjual, yang beli restoran saja.

Banyak yang mengeluh kok (harganya) naik, gitu," ungkapnya.

Sementara itu, Lilik menyebutkan, penjualan gas melon di tokonya sejauh ini masih normal.

Menurutnya, dalam sehari ia mampu menjual sekitar 50 gas elpiji bersubsidi tersebut.

"Pasokan (gas melon) masih aman. Justru malah minyak goreng angel 'susah'," imbuhnya.(*)

Baca juga: Pendaftaran Kepesertaan BPJS Kesehatan Bisa Dilakukan Secara Online, Ini Syaratnya

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved