Berita Semarang

Pemilik Angkringan Legendaris Semarang 'Pak Gik' Tutup Usia, Pelanggan: Pantas Masuk Surga

Pemilik angkringan populer di Kota Semarang 'Pak Gik', Sugijo (74), tutup usia, Minggu (13/2/2022).

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/REZA GUSTAV PRADANA
Suasana rumah duka di kediaman pemilik angkringan legendaris di Kota Semarang, Sugijo (74) atau Pak Gik, di Jalan Karanganyar V, Gabahan, Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/2/2022) malam. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Pemilik angkringan populer di Kota Semarang 'Pak Gik', Sugijo (74), tutup usia, Minggu (13/2/2022).

Para pelanggan pun mendoakan legenda angkringan di Kota Lumpia itu mendapat surga.

Hari ini, Senin (14/2/2022), jenazah Pak Gik dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota Semarang.

Informasi dari keluarga, pria yang membuka usaha angkringan sejak 1967 tersebut mendadak sakit dan menghembuskan napas terakhir pada Minggu siang.

Dari penuturan sejumlah pelanggan, Pak Gik dikenal sebagai orang yang berjasa kepada pembeli termasuk warga Semarang.

Seorang pelanggan angkringan Pak Gik, Ravi Candera, mengatakan, kehadiran angkringan Pak Gik sangat membantu dia dan teman-temannya.

"Karena dahulu, banyak yang beli di sana. Mengambil (gorengan) lima, waktu bayar bilang empat."

"Almarhum Pak Gik pantas masuk surga karena telah menolong warga Semarang," ujarnya saat melayat di rumah duka di Jalan Karanganyar V, Gabahan, Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu malam.

Baca juga: Pemuda Asal Semarang Rintis Bisnis Lilin Aroma Terapi, Bahan dari Ekstrak Kedelai

Baca juga: Harap-harap Cemas PSIS Semarang Jelang Duel Kontra Persib Bandung

Baca juga: Vaksinasi Anak di Kota Semarang Belum 100%, Dinkes: Ada Sebagian yang Belum Diizinkan Orangtua

Baca juga: Air Sungai di Semarang Ini Berwarna Biru dan Cokelat Pekat, Diduga Tercemar

Sementara itu, anak kedua Pak Gik, Dwi Purwanto mengungkapkan, ayahnya memang dikenal baik hati dan sabar.

Ia meyakini, terkenal dan larisnya usaha angkringan Pak Gik berawal dari doa seorang kiai yang ditolong Pak Gik.

"Dulu, pernah menolong seorang kiai dari Magelang yang ketinggalan bus di Semarang. Waktu itu, bapak tidak tahu siapa orang tersebut."

"Karena kasihan, kemudian bapak mengantarkan beliau sampai ke rumah (di Magelang)."

"Ternyata, beliau seorang kiai. Setelah itu (sampai di rumah), dia (sang kiai) mendoakan bapak agar laris."

"Beliau (sang kiai), juga pernah datang ke angkringan bersama rombongan dari Magelang," cerita Dwi.

Dwi menambahkan, sepeninggal Pak Gik, usaha angkringan tersebut akan diteruskan adik perempuan Dwi bernama Indah Septianasari, bersama menantu Pak Gik.

“Bapak berpesan bahwa kalau berjualan itu yang ikhlas.
Karena, kalau kita memberi banyak maka kita akan diberi lebih banyak juga," ujar Dwi.

Pak Gik mendirikan angkringannya sejak 1967, di Jalan Gajah Mada Semarang.

"Dulu, awalnya, belum gerobak, masih dipikul. Jualannya sejak usia 14 tahun bersama temannya, jual teh yang sekarang terkenal, ronde, dan jajanan jawa tradisional."

"Secara perlahan, jumlah pembelinya semakin bertambah hingga akhirnya seperti sekarang ini."

"Semua kalangan, bahkan pejabat, petinggi anggota kepolisian, dan lain-lain, tak malu datang ke angkringan sederhana ini," kata Dwi menceritakan kisah Pak Gik.

Baca juga: Viral di Media Sosial Usulan Pembentukan Provinsi Banyumasan, Begini Kata Budayawan Achmad Tohari

Baca juga: Sungai Cikalong Meluap, Ratusan Rumah di 9 RT di Sidareja Cilacap Terendam Banjir

Baca juga: 4 Pemuda Habisi Nyawa Mantan Kapolsek Karena Masalah Sepele: Tidak Terima Disalip saat di Jalan

Baca juga: Pelajar dan Pemuda Banjarnegara Akui Pemeran Video Mesum Gay, Hasil Rekaman Dijual untuk Beli Motor

Angkringan atau warung sega kucing Pak Gik terletak di Jalan Inspeksi Gajah Mada. Usaha ini buka malam hari hingga subuh.

Angkringan (sebutan di Yogyakarta) atau juga biasa disebut hik (sebutan di Solo) Pak Gik, sangat sederhana.

Tenda angkringan yang dibangun Pak Kini memang tak begitu besar namun selalu padat pengunjung.

Bahkan, tak sedikit yang membawa makanan dan ngiras di trotoar Jalan Gajahmada sambil duduk lesehatan menikmati suasana malam Kota Semarang.

Di angkringan ini, menu utama yang disuguhkan adalah nasi kucing berupa sebungkus nasi dan sejumput laut beragam pilihan, mulai dari ati ampela, rica ayam, telur, juga kering tempe.

Disebut nasi kucing lantaran porsinya yang relatif kecil dan sedikit, tidak jauh dengan porsi makan kucing.

Untuk pilihan menu, tersedia anek gorengan semisal bakwan, mendoan, tahu bakso, tempura, sosis, martabak telur, lunpia, pangsit, dan bermacam satai, yaitu sate bakso dan sate kerang.

Setiap gorengan tersebut dibanderol harga Rp 500 per buah. Sementara, sebungkus nasi kucing dipatok harga RP 2.500 per bungkus. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved