Konflik Wadas Purworejo
Relakan Lahannya Ditambang untuk Waduk Bener, Ini Alasan Warga Wadas Purworejo
Di luar warga yang kontra penambangan batu andesit di Wadas, Purworejo, ternyata banyak warga yang pro terhadap rencana proyek pemerintah tersebut.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOREJO - Rencana penambangan batu bukit di Desa Wadas, untuk pembangunan Waduk Bener, Purworejo, menuai pro kontra.
Hingga viral video yang menggambarkan kericuhan di Desa Wadas karena masalah rencana proyek penambangan batu andesit di wilayah tersebut.
Di luar warga yang kontra, ternyata banyak warga yang pro terhadap rencana proyek pemerintah tersebut.
Mereka adalah pemilik lahan yang menjadi target pembebasan proyek nasional itu.
Man, begitu ia disapa, ia enggan menyebut nama lengkapnya.
Maklum, isu tentang proyek bendungan sangat sensitif bagi warga saat ini. Mereka bisa saling bermusuhan satu sama lain karena beda pandangan.
Baca juga: Ganjar Buka Ruang Dialog Warga Kontra Pengadaan Lahan Tambang Andesit di Wadas Purworejo
Baca juga: Ketum PBNU Gus Yahya: Polemik Wadas Jangan Dipolitisasi, Semua Pihak Mesti Cari Jalan Keluar
Baca juga: Isu Kerusakan Lingkungan dan Ekologis di Wadas, Ganjar: Para Ahli Bisa Berikan Penjelasan
Baca juga: Ganjar Video Call dengan Warga Wadas Kontra Tambang Andesit, Ini Yang Dibicarakan
Man memiliki tanah seluas sekitar 1800 m2 yang akan dibebaskan. Ia lega karena tanahnya sudah diukur petugas BPN.
Ia tinggal menunggu kesepakatan harga untuk pembebasan lahannya dengan pihak terkait.
Setelah itu, tentu saja, uangnya bisa dicairkan untuk dibelanjakan sesuai kebutuhan.
"Punya saya sudah diukur. Di kampung sini, ada sembilan petani yang lahannya diukur," kata dia.
Man yakin melepas lahannya bukan tanpa alasan. Ia sudah menerima sosialisasi rencana proyek itu sejak lama, sekitar 2015 lalu.
Dalam sosialisasi itu, pemerintah meyakinkan, proyek pengambilan batu gunung untuk bendungan justru akan memberi manfaat bagi warga.
Ia juga menerima informasi, proyek itu sudah melalui kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Ini yang membuatnya semakin yakin, proyek itu tak akan berdampak buruk ke depannya.
Lebih dari itu, warga juga diiming-imingi, proyek itu akan membawa kemajuan bagi desa.
Misalnya, bekas lahan yang ditambang bisa dikembangkan menjadi objek wisata.
Man tak berpikir, penambangan bukit akan mematikan sumber mata air warga. Bukit yang akan ditambang, menurut dia, jauh dari pemukiman warga.
Baca juga: Proyek Tol Demak-Tuban Direncanakan Lewati 39 Desa di Pati, Ini Daftarnya
Baca juga: Kabur dari Kejaran Warga, Pencuri di Ngaliyan Semarang Nekat Lompat ke Sungai dan Alami Patah Kaki
Baca juga: Ajak Pelaku Wisata Gabung, TIC Purbalingga Ingin Berikan Informasi Lengkap ke Wisatawan
Baca juga: DPRD Banyumas Minta Pemerintah Sanksi E-Warung yang Salurkan Beras Apek ke Warga
Jika pun ada mata air di tempat itu, sejauh ini, warga di kampung tak memanfaatkannya.
"Di sini, sumber mata air cukup," katanya.
Ia pun tak khawatir, mata pencahariannya akan hilang ketika lahan pertaniannya dijual.
Man mengaku memiliki lahan pertanian di tempat lain yang masih bisa digunakan untuk bercocok tanam.
Dengan begitu, ia masih bisa bertani meski satu lahannya hilang.
Ia pun berharap, pembangunan bendungan akan membuka lapangan kerja yang luas bagi penduduk sekitar.
"Ya, harapannya begitu, bisa berdampak pada kemajuan desa," katanya. (*)