Berita Jawa Tengah
Kanopi Hanyalah Bagian Simbol, Sikap Toleransi Umat Beragama Sudah Terjalin Lama di Winong Pati
Jalan selebar sekira lima meter itu menjadi “penghubung” sekaligus “pembatas” antara masjid dan Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Winong Pati.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: deni setiawan
"Acara kami bersamaan dengan jam pengajian bapak-bapak masjid."
"Saya dengar dari bapak-bapak, pengajian tetap jalan, tapi tidak di masjid, melainkan di rumah jemaah," ujar dia.
Pendeta Didik menegaskan, tidak akan ada masalah yang mengganjal apabila komunikasi antarumat beragama terjalin baik sebagai saudara yang saling menjaga.
Dia menuturkan, bangunan GKMI Winong juga memiliki ornamen-ornamen yang menyimbolkan kerukunan umat beragama.
Di atas pintu masuk gereja, terdapat aksara Jawa bertuliskan "Nderek Gusti" dan gambar karakter pewayangan Punakawan.
"Nderek Gusti, artinya umat ketika masuk ke tempat ibadah, menyadari diri sebagai pengikut Tuhan yang harus tunduk mendengarkan apa yang disabdakan-Nya."
"Kesadaran ini digambarkan dengan Punakawan yang merupakan abdi, hamba," kata dia.
Adapun di dalam gereja, ornamen salib besar diletakkan dengan latar belakang gunungan wayang.
"Ini sebagai simbol bahwa membangun iman umat harus tetap mengakar pada budaya lokal."
"Jangan sampai keberagamaan membuat tercabut dari akar budaya," tegas Pendeta Didik.
Ketika jemaat keluar gereja dan menghadap jalan, di tembok bagian atas, mereka bisa melihat lukisan tiga tokoh dari tiga agama berbeda.
Di tengah terdapat lukisan Abdurrahman Wahid alias Gusdur yang mewakili Islam.
Kemudian di sisi kiri terdapat lukisan Bunda Teresa yang mewakili Katholik.
Adapun di sisi kanan terpajang lukisan Mahatma Gandhi yang mewakili Hindu.
Ketiga lukisan itu dibatasi oleh beton penyangga atap.