Berita Banjarnegara Hari Ini

Keren Nih, Lukisan Rahma Gadis Difabel Banjarnegara Mejeng di Pameran Jogja Disabilitas Art

Sembari menunggu keajaiban datang, Rahma mengisi waktu kosongnya dengan melukis, hobi yang sempat ia tinggalkan. 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
DOKUMENTASI PRIBADI RAHMA
Inilah karya lukisan Eprisa Nova Rahmawati bertema study #1 di ajang pameran seni rupa bertajuk “Rima Rupa#1”, di Yogyakarta. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Penyandang disabilitas selama ini kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.

Padahal, di tengah keterbatasan fisiknya, mereka menyimpan bakat istimewa, termasuk di bidang seni rupa. 

Sebagian karya mereka bahkan telah mendunia. 

Kini, para perupa difabel ini berusaha membangun ikatan satu sama lain untuk saling menguatkan.

Dengan begitu, di tengah ujian hidup yang menerpa, mereka tak lagi merasa sendirian. 

Mereka telah memiliki wadah untuk mengekspresikan perasaan. 

Baca juga: Nasib ASN Kepergok Berduaan di Kamar Kos Belum Ditentukan, Satpol PP Banjarnegara: Masih Pemeriksaan

Baca juga: Ini Maksud Kapolres Banjarnegara Borong Makanan: Biar Segera Tutup dan Cepat Pulang

Baca juga: Warsono Terduduk Lesu Menanti Pembeli, Tumpukan Kandang Masih Menggunung di Rumahnya Banjarnegara

Baca juga: Sederhana Tapi Manfaatnya Luar Biasa, RSI Banjarnegara Kenalkan POCBIH, Alat Bantu Pernapasan

Baru-baru ini, Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta bersama Jogja Disability Arts menggelar pameran seni rupa bertajuk “Rima Rupa#1”. 

Acara itu digelar secara daring melalui kanal Youtube Jogja Disability Arts.

Sejumlah karya dari 17 pelaku seni difabel dari 11 kota, yakni, Bengkulu, Lampung, Bandar Lampung, Banten, Jakarta, Bandung, Cirebon, Banjarnegara, Yogyakarta, Madiun dan Bali dipamerkan. 

Satu di antara karya itu ternyata milik Eprisa Nova Rahmawati, perupa dari Kabupaten Banjarnegara

Kisah Rahma, panggilannya, sempat viral Di dunia maya.

Di desa terpencil, Desa Penusupan Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Rahma yang sakit dan tak bisa berjalan semangat berkarya. 

Karya-karyanya yang mengagumkan banyak dipuji orang. 

Perjuangannya di tengah keterbatasan kini tak siap-sia.

Rahma mendapat kesempatan mengikuti pameran yang diikuti perupa profesional di seantero Nusantara. 

"Senang karena di situ banyak perupa hebat, bisa belajar dan menambah pengalaman," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (26/7/2021).

Dalam karya bertajuk study 1, ia melukis ulang foto bocah perempuan sedang memeluk boneka.

Meski ada gurat nelangsa di wajahnya, anak itu terlihat sangat tegar.

Dia bahkan berusaha melindungi boneka dengan cara mendekapnya erat. 

Ia melindungi bonekanya yang seakan bernyawa dan amat berarti dalam hidupnya. 

Lukisan itu sekaligus menggambarkan suasana batin Rahma. 

Dia ingin seperti anak dalam lukisannya itu.

Ia ingin menjadi perempuan yang kuat menghadapi segala ujian hidup. 

"Padahal anak itu sedang susah dan nelangsa, tapi masih berusaha mengasih kekuatan ke bonekanya yang seakan hidup," katanya. 

Rahma tentu bangga karyanya bisa ikut mejeng di pameran, bersanding dengan karya perupa berpengalaman. 

Bukan hanya menuai apresiasi, dalam ajang itu, ia bisa berbagi pengalaman dengan perupa lain yang lebih senior.

Kegiatan itu juga memotivasinya untuk terus meningkatkan karya. 

Terlebih, ia menemukan banyak teman sesama difabel yang memiliki hobi sama.

Asa baru semakin terbuka.

Seniman dipandang bukan dari kelebihan fisiknya, melainkan kehebatan karyanya. 

"Perupa difabel hebat-hebat."

"Ada yang pernah ikuti pameran di Tokyo."

"Saya berharap banget bisa ikut pameran internasional," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (26/7/2021).

Cerita Sedih Rahma

Rahma yang sudah lulus Madrasah Aliyah (MA) kini bersemangat mengejar cita-cita.

Harapannya bisa kuliah akhirnya tercapai.

Ia diterima di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dari jalur beasiswa. 

Rahma mulanya berisik normal seperti anak pada umumnya.

Hingga tiga tahun belakangan, ia mendadak tak bisa berjalan usai dilanda panas tinggi. 

Kondisi ini sempat membuatnya terpuruk.

Rahma sempat mengutuk keadaan.

Beruntung imannya cukup tebal.

Ia terus berdoa berharap kesembuhan. 

Sembari menunggu keajaiban datang, Rahma mengisi waktu kosongnya dengan melukis, hobi yang sempat ia tinggalkan. 

Tak dinyana, ada hikmah di balik musibah yang menimpanya.

Bakatnya justru kian terasah.

Apresiasi pun berdatangan. 

Di luar kisahnya yang menggetarkan, karyanya kian diperhitungkan. 

Sulasih, ibu Rahma memuji ketegaran putrinya.

Di tengah ujian hidupnya yang berat, Rahma tak pernah mengeluhkan kondisinya ke orangtua. 

Anak itu terlihat selalu tegar. 

Rahma juga terlatih mandiri dan tak bergantung dengan orang lain di sekitarnya. 

Rahma juga tak pernah menuntut ke orangtua untuk memenuhi keinginannya.

Sejak masih bersekolah normal, Rahma termasuk anak berprestasi. 

Dia selalu mendapat peringkat atas di sekolahnya. 

"Sejak di MI (Madrasah Ibtidaiyah) dia selalu rangking terbaik."

"Dalam keadaan apapun dia tetap tegar, " katanya. (*)

Baca juga: Kreatif, Guru SMP Negeri 2 Karangpucung Cilacap Manfaatkan Lebah untuk Jelaskan Matematika

Baca juga: Bakal Diajari Cara Tangani Covid-19, Kades Sunarto Meminta Ganjar Datang ke Karangnangka Banyumas

Baca juga: Tak Punya Uang untuk Bersenang-senang, Ibu Rumah Tangga di Purbalingga Nekat Gadaikan Motor Kenalan

Baca juga: Bagaimana Jika Budidaya Mangrove di Air Tawar? Begini Hasil Eksperimen Warga Kalimendong Wonosobo

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved