Berita Kuliner Hari Ini
Warga Menyebutnya Sermier, Kerupuk Gurih dari Singkong, Sentra Produksinya Ada di Kabupaten Blora
Entah dari tahun berapa, yang pasti yang masih melekat di ingatan Sutarni, kerupuk sermier sudah ada sejak kakek-nenek mereka.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: deni setiawan
Setelah dicuci sampai bersih kemudian digiling sampai halus.
Singkong halus tersebut kemudian dicampuri bumbu berupa ketumbar, bawang, garam, dan penyedap rasa.
Singkong halus berbalut bumbu itu kemudian dikukus sampai dua jam.
Keluar dari pengukusan, singkong itu siap untuk ditumbuk sampai lumat.
Kemudian singkong lumat itu digiling menggunakan botol hingga berbentuk lingkaran tipis.

Baca juga: Cerita Pemudik Motor Lolos Hingga Pantura Kota Tegal, Bersabar Menunggu Posko Penyekatan Sepi
Baca juga: Hari Pertama Larangan Mudik, Petugas Gabungan Amankan 10 Travel Gelap di Exit Tol Adiwerna Tegal
Perjalanan agar sermier bisa disantap tidak cukup sampai di situ.
Lingkaran tipis dari singkong itu harus dijemur sampai kering.
Baru setelah kering digoreng.
Setelahnya baru bisa disantap.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, para pembuat sermier di Wantilgung biasanya dipasok singkong dari wilayah tetangga, yaitu Kecamatan Japah.
Singkong dari wilayah tersebut dinilai lebih sempurna dibanding singkong lainnya saat diolah menjadi sermier.
“Kadang ada juga yang agak pahit saat dibuat kerupuk."
"Kalau dari Japah itu tidak,” katanya.
Singkong satu karung berukuran 50 kilogram biasanya dihargai Rp 100 ribu.
Setelah diolah menjadi sermier, Sutarni biasanya bisa mengantongi untung bersih Rp 100 ribu.