Penanganan Corona
Klaster Sekolah Berbasis Ponpes Muncul di Kota Tegal, Awalnya Ada Siswa yang Sakit, 13 Orang Positif
Kepala Dinkes Kota Tegal, dr Sri Primawati Indraswari mengatakan, klaster ponpes itu bermula dari seorang siswa yang mengalami sakit.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Klaster baru penyebaran Covid-19 terjadi di sebuah sekolah berbasis pondok pesantren (ponpes) di Kota Tegal.
Sekolah tersebut berada di Kecamatan Tegal Barat.
Tercatat ada 11 siswa dan 2 tenaga pendidik yang positif terpapar Covid-19.
Baca juga: Pantau Pemudik, Polres Tegal Aktifkan Pos Kamling di Setiap Polsek Mulai Senin
Baca juga: 11 Pengemudi Terpaksa Jalani Rapid Test Antigen, Masuk Tegal Tanpa Bawa Surat Bebas Covid-19
Baca juga: Mengintip Aktivitas Warga Binaan Selama Ramadan di Lapas Kota Tegal, Tiap Hari Tadarus Quran
Baca juga: Segini Harga Telur Saat Ini di Kota Tegal, Tere: Jelang Lebaran Pasti Ada Kenaikan
Selain itu, status sekolah tersebut juga belum mengantongi izin untuk melangsungkan pembelajaran tatap muka (PTM).
Kepala Dinkes Kota Tegal, dr Sri Primawati Indraswari mengatakan, klaster tersebut bermula dari seorang siswa yang mengalami sakit.
Siswa tersebut kemudian menjalani swab dan hasilnya positif Covid-19.
Setelah dilakukan tracking, ditemukanlah siswa lainnya yang juga terpapar.
Termasuk dua tenaga pendidik di sekolah tersebut.
"Saat dilakukan tracking di sekolah, ditemukanlah rekan-rekannya termasuk dua guru dinyatakan positif," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (27/4/2021).
Selain klaster sekolah tersebut, menurut Prima, ada dua klaster lain yang merupakan klaster keluarga.
Penyebabnya karena dua keluarga tersebut sering berpergian ke luar kota.
Prima mengatakan, total pasien Covid-19 dari tiga klaster tersebut berjumlah 22 orang.
Dari jumlah tersebut, 14 orang menjalani isolasi mandiri di rusunawa dan 8 orang dirawat di rumah sakit.
"Jadi 14 orang di antaranya menjalani isolasi mandiri dan 8 orang dirawat,'' ungkapnya.
Untuk sementara waktu, kegiatan di sekolah tersebut dihentikan terlebih dahulu. (Fajar Bahruddin Achmad)