Berita Kesehatan
Balita Asal Desa Johorejo Kendal Ini Disebut Kurang Gizi, Hasil Cek Ulang Petugas Puskesmas Gemuh II
Dasar penentuan anak mengalami gizi buruk atau gizi kurang berdasarkan pada PMK Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.
Penulis: Saiful Masum | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Petugas UPTD Puskesmas Gemuh II menemukan seorang balita di Desa Johorejo, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal yang mengalami gizi kurang.
Dia adalah Hasna Salsabila Humaira (3,2) putri pertama Latifatul Jannah (29).
Hasna ditetapkan mengalami kurang gizi oleh petugas Puskesmas Gemuh II setelah menjalani pengecekan ulang batas ideal berat dan tinggi badan.
Baca juga: Panggung Kahanan Kembali Digelar, Tahun Ini Roadshow di Enam Daerah, Diawali di Kendal
Baca juga: Bangunan Candi Ditemukan di Rowosari Kendal, Diduga Peninggalan Era Sebelum Kerajaan Mataram Kuno
Baca juga: Satgas Desa Hingga Tingkat RT Wajib Data Pemudik, Masuk Kendal Wajib Sertakan Bukti Tes Antigen
Baca juga: Tadarus Alquran ala Pemkab Kendal, Serentak 1 Jam 1 Juz setiap Hari
Hasna menjadi balita dengan berat badan dan tinggi badan terendah dari 23 balita Desa Johorejo yang mengalami penurunan berat badan setelah mengikuti Posyandu oleh kader desa.
Petugas Gizi Puskesmas Gemuh II, Eni Windayati mengatakan, atas hasil laporan kader kesehatan Desa Johorejo, pihaknya melakukan pengecekan ulang untuk memastikan balita mengalami kurang gizi atau gizi buruk.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui pasti status balita agar dilakukan penanganan lebih lanjut.
"Jadi sebelumnya kader melaporkan bahwa dari 40 balita yang ditimbang, 23 balita mengalami penurunan berat badan."
"Termasuk Hasna Salsabila yang dikatakan mengalami gizi buruk."
"Namun setelah dicek lagi, anak tidak masuk kategori gizi buruk, namun dikategorikan kurang gizi," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (23/4/2021).
Kata Eni, dasar penentuan anak mengalami gizi buruk atau gizi kurang berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.
Dengan peraturan tersebut, anak dilakukan pengecekan berat badan dan tinggi badan secara rutin tiap bulan agar terpantau perkembangannya.
"Untuk Hasna Salsabila ini berat badannya 9,5 kilogram dan tinggi badan 86 sentimeter."
"Setelah dihitung, masih di atas batas minimal gizi buruk, masuknya kurang gizi," ujarnya.
Sementara 22 anak lainnya yang mengalami penurunan berat badan masih dalam proses observasi lebih lanjut.
Kepala UPTD Puskesmas Gemuh II, dr Fitroh menambahkan, berdasarkan pemantauan petugas di daerah jangkauan Puskesmas Gemuh II, ditemukan 1 balita mengalami gizi buruk dan belasan anak mengalami gizi kurang.
Dengan itu, pihaknya masih terus berupaya melakukan konseling dan pemberian nutrisi kepada anak supaya kembali normal sehingga bisa berkembang dengan baik.
Kata dr Fitroh, faktor yang mempengaruhinya bisa dalam hal ekonomi, pemenuhan makanan, hingga pola asuh anak.
Sehingga, peran serta orangtua diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah pada perkembangan anak sejak dalam kandungan.
"Kami terus berikan nutrisi untuk ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK)."
"Pemberian makanan tambahan (PMT) terus kami berikan kepada ibu hamil juga balita," terangnya.
Dia mengimbau kepada orangtua anak agar tidak malu dan mau menyempatkan diri untuk mengikuti penimbangan anak (Posyandu) setiap bulannya secara rutin.
Sehingga perkembangan anak terus terpantau oleh petugas kesehatan agar nutrisi makanan yang diberikan tetap terjaga untuk tumbuhkembang anak.
"Peran serta pihak desa juga diperlukan untuk memberikan perhatian kepada ibu hamil dan balita yang ada."
"Yang jelas, kabar adanya balita mengalami gizi buruk di Desa Johorejo itu tidak benar."
"Karena statusnya hanya kekurangan gizi," tegasnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (23/4/2021).
Sebelumnya, Hasna Salsabila mengikuti Posyandu anak untuk pengecekan rutin pada April 2021.
Hasilnya, Hasna Salsabila mengalami berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) terendah dibanding balita lainnya.
Sehingga diduga mengalami gizi buruk karena berat badan dan tinggi badannya di bawah garis merah standar anak normal.
Ibu balita, Latifatul Jannah (29) mengatakan, meski BB dan TB putrinya rendah, namun sang anak masih aktif dan gemar makan.
Bahkan, katanya, putri pertamanya itu cukup cerdas dan cekatan menangkap apa yang diajarkan kepadanya.
"Kalau penurunan berat badan, sudah biasa."
"Kadang naik kadang turun, biasa."
"Lahirnya juga tidak prematur, anak cerdas, makannya juga banyak."
"Mungkin memang keturunan dari orangtuanya badannya kecil," jelasnya.
Dengan hal ini, UPTD Puskesmas Gemuh II akan berkoordinasi dengan bidan desa dan kader kesehatan desa untuk terus membimbing, mendampingi ibu hamil, dan anak agar perkembangannya terus terjaga dengan baik. (Saiful Ma'sum)
Baca juga: Mulai Hari Ini, Ada Deteksi Covid Pakai GeNose C19 di Terminal Bulupitu Purwokerto Banyumas. Gratis!
Baca juga: Permintaan Mukena Ecoprint Purbalingga Meningkat Jelang Idulfitri, Dibandrol Rp 350 Ribu-Rp 1,5 Juta
Baca juga: Haul HOS Tjokroaminoto, Sarekat Islam Masih Eksis dan Berkembang di Banjarnegara, Ini Buktinya
Baca juga: Pengusaha Carica di Dieng Wonosobo Kembali Harus Gigit Jari Tahun Ini, Imbas Larangan Mudik Katanya