Berita Jateng
Banyak Warga Tak Mengetahui Jateng Punya 7 Sesar Aktif, Kesiapan Menghadapi Gempa Kurang
Banyak warga tak mengetahui wilayah Jateng memiliki tujuh sesar aktif yang dapat memicu gempa. Ini berpengaruh pada kesiapan mereka menghadapi bencana
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara paling rawan bencana di dunia, terutama gempa bumi dan tsunami, berdasarkan data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR).
Bahkan, di daratan Jawa Tengah, terdapat tujuh sesar atau patahan aktif yang dapat memicu gempa besar hingga memicu tsunami.
Hal ini disampaikan Pakar Pendidikan Kebencanaan dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Dr Tuswadi dalam Webinar bertajuk Menguak Jejak Gempa Megathrust dan Sesar Aktif di Banyumas Raya, Selasa (20/4/2021) sore.
Tuswadi mengungkapkan, tujuh sesar aktif di Jateng itu adalah Sesar Baribis-Kendheng, Ungaran 1, Ungaran 2, Pati/Lasem, Muria, Ajibarang, dan merapi-Merbabu.
Baca juga: Ajibarang Banyumas Masuk Kategori Sesar Aktif di Jateng, BMKG Rekomendasikan Mitigasi Kebencanaan
Baca juga: Jual Kosmetik Tanpa Izin Edar, Warga Banjarnegara Jadi Tersangka. Dibeli via Online dari Bandung
Baca juga: Jelang Lebaran, Jalan Kota di Banjarnegara Diaspal Mulus. Bupati: Kami Ingin Sambut Pemudik
Baca juga: Suara Merdu Wasiono Bikin Lainnya Tertegun, Begini Suasana Ramadan di Pamardi Raharjo Banjarnegara
Sayang, kondisi ini tak diketahui banyak warga Jateng. Bahkan, pemahaman mereka terkait kebencanaan, khususnya gempa bumi, masih perlu ditingkatkan.
Termasuk pada generasi muda. Hasil survei sederhana yang Tuswadi lakukan di sebuah SMA negeri di Kabupaten Banjarnegara terungkap, 60 dari 72 responden siswa, tak mengetahui adanya sesar aktif yang bisa memicu gempa di Jateng.
Bahkan, 55 dari 72 responden itu mengaku tidak pernah mendengar istilah zona Megathrust. Padahal, istilah itu sudah kerap mewarnai pemberitaan media massa.
"Tapi, sebagian besar mereka tahu, Jawa Tengah daerah aktif gempa," kata Tuswadi dalam webinar yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Purwokerto itu.
Di lain sisi, sebagian besar responden juga tidak yakin, gedung sekolah dan rumah mereka mampu bertahan dari guncangan gempa besar.
Padahal, pembangunan gedung atau rumah dengan konstruksi tahan gempa, jelas menjadi ukuran sejauh mana kesiapan masyarakat menghadapi gempa besar.
Survei itu pun mengungkap sikap mereka ketika berada di dalam gedung lalu terjadi gempa besar. Ternyata, sebagian besar mereka menjawab memutuskan seketika akan keluar dari gedung.
Padahal, keputusan itu bisa jadi kurang tepat jika kondisi bangunan sudah akan runtuh sedangkan mereka tidak punya banyak waktu untuk lari keluar.
"Bisa keluar gedung kalau kondisi bangunan masih aman dan masih punya waktu untuk meninggalkan gedung. Tapi, kalau mau runtuh, bisa sembunyi di kolong (benda) yang kuat," katanya.
Baca juga: Rayakan Hari Kartini, Istri Bupati Kudus Ajak Remaja Putri Tuntaskan Pendidikan dan Tak Nikah Dini
Baca juga: Mudah Dibuat! Bubur Sagu Mutiara Bisa Jadi Menu Takjil Sore Ini, Berikut Resepnya
Baca juga: Polres Purbalingga Cek Kesehatan Awak Angkutan Umum di Terminal, Dibagikan Pula Paket Vitamin Gratis
Baca juga: Pemkab Kebumen Gagas Kawasan Industri Bahari, Dibangun di Kecamatan Puring hingga Klirong
Menyangkut wawasan gempa di masyarakat yang masih lemah, Tuswadi berharap, warga lebih aktif mengakses berbagi pengetahuan terkait kebencanaan ini. Termasuk, langkah-langkah kesiapan yang perlu dilakukan, baik sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa.
Masyarakat misalnya, perlu menyiapkan bangunan rumah yang sesuai dengan konstruksi aman gempa. Begitu pula perabotan-perabotan yang dipilih harus kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara, saat terjadi gempa.