Berita Jawa Tengah

Perapal Kisah Nabi itu Bernama Yanuri Sutrisno, Beginilah Cerita Seniman Kentrung Asal Blora

Warga Desa Sendanggayam RT 05 RW 01, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora ini menganggap kentrung tidak sekadar kesenian.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/RIFQI GOZALI
Yanuri saat bermain kentrung di teras rumahnya di Desa Sendanggayam, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Sabtu (10/4/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Matanya terpejam, mulutnya merapalkan kisah nan melodius.

Tangan kirinya memegang terbang berdiameter 40 sentimeter yang berdiri berlandaskan paha kiri.

Sedangkan tangan kanannya menabuh terbang menyesuaikan ritme kisah yang dilantunkan.

Di depannya terdapat dua terbang lain yang diameternya lebih kecil.

Begitulah sosok Yanuri Sutrisno saat  bermain kentrung.

Baca juga: 71 Siswa SMP Putus Sekolah Selama Masa Pandemi, Disdik Blora: Sebagian Akibat Sistem Belajar Daring

Baca juga: Insentif Guru Madin Dicairkan Lewat Kartu Blora Mengaji, Bupati: Nanti Kami Usulkan Naik Rp 1 Juta

Baca juga: Penjual Cilok Nyentrik di Blora, Masdi Kenakan Setelan Jas Berdasi Ala Pejabat Pemerintahan

Baca juga: 160 SD Sudah Mulai Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Disdik Blora: Sudah Seizin Bupati

Lelaki yang sehari-hari tinggal di rumah berdinding kayu beralaskan tanah di Desa Sendanggayam RT 05 RW 01, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora itu menganggap kentrung tidak sekadar kesenian.

Namun, kentrung adalah satu kesatuan yang telah menjadi darah dan daging dalam dirinya.

Kemahiran lelaki kelahiran 1963 dalam bermain kentrung diwarisi dari ayahnya, Sutrisno, yang juga sebagai seniman kentrung.

Mendiang ayahnya yang berasal dari Mintreng, sekarang masuk wilayah Kebonagung Demak, sudah pandai kentrung sejak belia.

Dari kisah yang didapat Yanuri, ayahnya adalah seorang santri dari kiai di Kalituri Demak.

Sejak saat berguru, selain mengaji ayahnya juga diajari kesenian kentrung.

Yanuri mulai aktif bermain kentrung setelah ayahnya wafat pada 2003.

Meskipun sebelumnya dia sudah mahir kentrung hanya karena senantiasa mendengarkan sang ayah saat tampil.

“Bapak saya, Sutrisno, meninggal pada 2003."

"Setelah itu saya baru meneruskan,” ujar Yanuri kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (10/4/2021).

Mendengar dan mengamati sang ayah saat bermain kentrung adalah cara Yanuri belajar kesenian tersebut.

Dahulu, setiap mendiang ayahnya tampil, Yanuri acapkali menemani.

Lantunan kisah yang didendangkan sang ayah diiringi tabuhan terbang tidak jarang membuat Yanuri menitikan air mata.

“Dahulu waktu Bapak tampil, saat saya mendengar suara Bapak, saya nangis."

"Berarti kelak saya harus bisa ngentrung,” kata dia.

Lebih dari sekadar mewarisi kemahiran ayahnya, Yanuri rupanya telah dipilih ayahnya agar setelah meninggal dialah yang mewarisi kesenian tradisional yang sarat akan nilai luhur.

“Bapak pernah berpesan, kelak kamu ngentrung."

"Nek ngentrung saya tunggui di belakangmu."

"Saya yakin, saat saya ngentrung sukma Bapak hadir di belakang saya,” ujar dia.

Yanuri saat bermain kentrung di teras rumahnya di Desa Sendanggayam, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Sabtu (10/4/2021).
Yanuri saat bermain kentrung di teras rumahnya di Desa Sendanggayam, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Sabtu (10/4/2021). (TRIBUN BANYUMAS/RIFQI GOZALI)

Baca juga: Silaturahim dengan Bupati Husein, Danlanal Cilacap Bahas Pengoperasian Dermaga Serayu Banyumas

Baca juga: Istri Kaget Lihat Gaji Pertama Saya, Biasanya Sehari Rp 5 Juta, Cerita Pengusaha Jadi Bupati Cilacap

Perapal Kisah Para Nabi

Dalam sekali ngentrung, Yanuri bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

Biasanya dia memulainya sekira pukul 20.30 dan baru berakhir pada pukul 03.30.

“Setiap satu jam sekali tetap istirahat."

"Minum terlebih dahulu."

"Rahasia kuat sampai pagi sudah diajari Bapak."

"Ada doanya sebelumnya,” kata dia kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (10/4/2021).

Kisah-kisah yang dirapalkan saat Yanuri bermain kentrung bersumber dari Serat Ambiya atau Tapel Adam.

Serat tersebut merupakan karya Yasadipura II atau juga dikenal RT Ronggawarsita I atau RT Sastranegara.

Karya tersebut, menurut Nancy K Florida adalah buku berisi kisah para nabi atau sejarah tebal yang tergolong sejarah sakral Islam.

Karya itu berisi tentang penciptaan semesta sampai dengan kisah-kisah nabi.

Semula Yanuri memiliki salinan Serat Ambiya warisan ayahnya.

Namun kini telah tiada setelah dipinjam oleh kiai setempat, dan kemudian dipinjamkan lagi ke orang lain.

Bagi Yanuri tidak ada masalah, karena dia telah hafal kandungan kisah di dalam serat tersebut.

“Saya sudah pernah berusaha mencari (salinan Serat Ambiya), tapi tidak ketemu,” kata Yanuri.

Dari kisah-kisah nabi, kisah kelahiran Nabi Ibrahim adalah kisah yang paling sering dilantunkan Yanuri.

Bukan tanpa alasan, seringkali Yanuri tampil atas undangan syukuran atau hajatan yang memang pemilik hajat menginginkan kisah itu yang disampaikan.

“Kelahiran Nabi Ibrahim itu biasanya juga diminta saat syukuran kelahiran anak,” kata dia.

Kini, saat pandemi, Yanuri mulai jarang diundang.

Sebelumnya, dalam sebulan dia bisa tampil 10 kali.

Bahkan sesekali juga diundang di sejumlah perguruan tinggi di Surakarta, Yogyakarta, atau Semarang untuk sekadar tampil barang satu atau dua jam.

"Musim penyakit seperti saat ini kalau diundang paling selesai pukul 11.00."

"Tidak sampai pagi, sebulan pun paling banyak lima kali," katanya.

Kesenian kentrung ini memang terbilang langka.

Saat ini, jarang sekali ditemui senimannya.

Karena hal tersebut, Yanuri berani mengaku bahwa dirinyalah satu-satunya seniman kentrung di Blora.

Meski demikian, Yanuri tidak mau kentrung musnah.

Dia telah menyiapkan penerusnya.

Harapan besar itu disandarkan pada keponakannya, anak dari kakak perempuannya yang kini masih berusia sekira 30 tahun, namanya Susilo Hadi Kusnoto. (Rifqi Gozali)

Baca juga: Polres Karanganyar Sudah Tentukan Lima Pos Pengamanan dan Satu Pos Terpadu, Ini Lokasinya

Baca juga: Jika Pengajuan BPBD Karanganyar Disetujui UNS, Lima Titik Rawan Longsor Ini Bakal Dipasang EWS

Baca juga: Penerimaan PBB Bertambah Rp 200 Juta di 2020, Wabup Kebumen: Padahal Lagi Masa Pandemi

Baca juga: Kelompok Tani Dapat Pinjaman Dana Talangan di Kebumen, Totalnya Capai Rp 1,5 Miliar

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved