Berita Kendal
Tetap Produktif setelah Tak Lagi Jadi Pekerja Migran, 7 Wanita Kendal Ini Bikin Batik Cap dari Daun
Semangat pantang menyerah tujuh wanita asal Kendal yang pernah menjadi pekerja migran ini, patut diapresiasi.
Penulis: Saiful Masum | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Semangat pantang menyerah tujuh wanita asal Kendal yang pernah menjadi pekerja migran ini, patut diapresiasi.
Sepulang dari perantuan di berbagai negara, para perempuan paruh baya yang saat ini tinggal di Desa Purworejo, Kecamatan Ringinarum, itu membentuk Kelompok Usaha Bersama (Kube) Srikandi yang dibina Rumah Zakat.
Dua tahun berjalan, Kube Srikandi sudah melahirkan satu produk khas yang diberi label Batik Srikandi yang memanfaatkan motif daun dan pewarna alami dari dedaunan.
Anggota kelompok, Nurhayati mengatakan, pada awalnya, ia dan teman-temannya kesulitan menekuni kerajinan batik.
Dengan ketekunan, agar tetap berpenghasilan di Kendal, ia pun tak sungkan belajar dari para perajin batik yang lebih berpengalaman.
Hingga akhirnya, dia bertekad membuat batik menggunakan motif dan pewarna alami dari dedaunan yang ada.
"Kami berharap, ke depan, hasil produk batik Kendal lebih dikenal hingga ke daerah-daerah lain, bahkan internasional. Sehingga bisa mengangkat perekonomian UMKM, khususnya di bidang kerajinan batik daerah," terang eks pekerja migran selama 9 tahun di Hongkong ini, Minggu (28/3/2021).
Baca juga: Durotul Sulap Kluwih Jadi Tiga Produk Makanan Bernilai Jual Tinggi, Khasnya Kaliyoso Kendal
Baca juga: TPA Berbasis Sanitary Landfill Sudah Bisa Digunakan, Lokasinya di Darupono Kendal
Baca juga: Menyoal Impor Beras, Ini Pandangan Bupati dan Wakil Bupati Kendal
Kerajinan batik yang digeluti Nurhayati bersama enam rekannya berbeda dari kerajinan batik pada umumnya.
Untuk membuat motif batik khas daerah, ia memanfaatkan motif daun jati dan daun koropelik serta memanfaatkan warna khas dari masing-masing daun.
Prosesnya, daun tersebut dipetik dan ditempelkan di lembaran kain putih yang sudah disiapkan.
Setelah itu, bagian atas kain dilapisi plastik agar pewarna daun tidak menempel pada sisi kain yang lain. Kemudian, kain digulung dan diikat untuk direbus selama 2 jam.
Selanjutnya, kain rebusan diangkat dan diangin-anginkan agar kering merata. Sementara, daun yang menempel dilepas agar warna dan motif yang dicap lebih maksimal saat proses pengeringan.
Agar warna terikat, kain dicelupkan dalam air yang sudah dicampur waterglass (sodium silikat) dan dikeringkan kembali.
Batik cap Srikandi Kendal pun siap dikemas dan diberikan warna tambahan seperlunya.
Relawan Inspirasi Rumah Zakat, Hikmah Fitria Prabandari mengatakan, daun yang dipilih sebagai cap batik diambil dari pepohonan yang tumbuh di sekitar masyarakat.
Baca juga: Pasca-bom Makassar, Polresta Banyumas Tingkatkan Penjagaan di Gereja dan Giatkan Patroli Bersenjata
Baca juga: Jawa Tengah Bukan Lagi Produsen Terbanyak Beras, Ini yang Dilakukan Distanbun Jateng
Baca juga: Tak Hanya Taktikal, Skuad PSIS Semarang Digembleng Fokus Jelang Laga Piala Menpora Melawan Arema FC
Baca juga: Kutuk Keras Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Begini Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil