Berita Jateng

Jawa Tengah Bukan Lagi Produsen Terbanyak Beras, Ini yang Dilakukan Distanbun Jateng

Produksi beras Jawa Tengah (Jateng) menurun pada 2020. Ini membuat Jateng bukan lagi produsen beras terbesar di Indonesia.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/BUDI SUSANTO
Areal persawahan di wilayah Kecamatan Randudongkal Pemalang, beberapa waktu lalu. 

"Untuk menanam, tentunya harus ada air. Terkait kegiatan budidaya, pemerintah provinsi dengan APBD dan APBN melakukan rehabilitasi jaringan tersier. Karena jaringan primer dan sekunder merupakan kewenangan Pusdataru (Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang)," terangnya.

Untuk memperlancar produksi padi, kata dia, juga tidak lepas dari peran teknologi, terutama pada alat mesin pertanian (alsintan).

Saat ini, alsintan yang ada di masyarakat ada sebanyak 54.853 unit berupa traktor roda dua. Jumlah ini dinilai sudah cukup banyak.

Sedangkan untuk traktor roda empat, ada 777 unit. Kemudian sebanyak 3.967 unit cultivator.

Untuk percepatan tanam, jumlah rice transplanter yang tersebar di seluruh jateng ada 1.545 unit.

"Di samping itu, pemprov juga menempatkan Brigade Alsintan di enam wilayah. Brigade Alsintan merupakan unit pelayanan alat dan mesin pertanian yang menyediakan pompa air, traktor, rice transplanter. Brigade ini nantinya melayani masyarakat untuk meminjamkan alsintan secara gratis, jika alsintan yang disediakan kabupaten kurang," terangnya.

Baca juga: Gudang Bulog Pekalongan Masih Simpan 2000 Ton Beras dari Thailand dan Vietnam, Diimpor Tahun 2018

Baca juga: Wali Kota Tegal Tanggapi Rencana Impor Beras: Semestinya Petani yang Dapat Untung

Baca juga: Gabah Petani Baru Terserap 10 Persen di Blora, Bulog: Target 4.000 Ton Setara Beras

Baca juga: Bupati Blora Tolak Rencana Impor Beras: Hasil Panen Petani Melimpah

Brigade Alsintan yang dimaksud yakni ada di Tegalgondo yang mencakup wilayah eks-Karesidenan Solo, di Winong untuk eks-Karesidenan Pati, Petarukan untuk wilayah eks-Karesidenan Pekalongan, kemudian Brigade Alsintan di Jatilawang untuk wilayah Banyumas.

Di samping itu, Jateng juga memiliki kegiatan pasca-panen yakni pengeringan dan penggilingan di 92 Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) yang tersebar di 11 kabupaten.

Dengan adanya SP3T ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas proses penggilingan gabah menjadi beras.

Gabah hasil panen petani di musim hujan banyak yang mengandung kadar air di bawah standar sehingga saat dibeli Perum Bulog, harganya di bawah harga pembeliaan pemerintah (HPP).

"Dengan berbagai upaya usaha tani terebut, diharapkan bisa mendukung terciptanya swasembada pangan di Provinsi Jateng. Serta bisa meningkatkan produktivitas pertanian," tandasnya.

Saat ini, produktivitas pertanian di Jateng mencapai 5,6 ton per hektare GKG. Bisa mencapai 7 hingga 8 ton jika menggunakan benih padi unggul.

Menurutnya, perlu peningkatan produktivitas benih padi. Hal itu berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Jateng.

Saat ini, kata dia, satu orang tenaga penyuluh pertanian harus merangkap tiga hingga empat desa, padahal idealnya, satu orang satu desa. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved