Berita Jawa Tengah

Tiap Kilogram Gabah Basah Cuma Laku Rp 3.500 di Blora, Sudarwanto: Wong Tani Remuk

Seorang petani asal Kelurahan Beran, Kecamatan Blora, Mulyono (65) mengatakan, harga gabah basah hanya tembus di angka Rp 3.500 per kilogram.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/RIFQI GOZALI
Seorang buruh tani sedang memanen padi di sawah di Kelurahan Beran, Kabupaten Blora, Jumat (5/3/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Harga gabah dari petani di Kabupaten Blora anjlok.

Padahal saat ini menginjak musim panen yang harusnya menjadi tumpuan bagi petani untuk menuai hasil dari sawah.

Seorang petani asal Kelurahan Beran, Kecamatan Blora, Mulyono (65) mengatakan, harga gabah basah dari sawah yang baru saja dipanen hanya tembus di angka Rp 3.500 per kilogram.

Padahal tahun lalu, gabah basah dari sawah mampu tembus Rp 4.500 per kilogram.

Baca juga: Kapan Pembelajaran Tatap Muka Dimulai? Disdik Blora: Direncanakan Juli 2021

Baca juga: Arief Rohman Terima Banyak Aduan Jalan Rusak, Seminggu Aktif Jabat Bupati Blora, Ini Janjinya

Baca juga: Lobi Citilink, Bupati Blora Arief Rohman Berharap Ada Penerbangan Blora-Jakarta saat Lebaran

Baca juga: 75 Kilometer Jalan Provinsi Jateng Rusak, Terpanjang di Ruas Grobogan-Blora

“Mengapa ini malah turun, repot semua."

'Kalau dijual langsung, tidak dapat untung petani ini,” ujar Mulyono kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (5/3/2021).

Lahan satu petak yang digarap Mulyono rata-rata setiap panen mampu menghasilkan 1,5 ton gabah.

Dengan harga saat ini, Mulyono hanya bakal mendapat sekira Rp 5 juta.

Hasil sebanyak itu dinilainya tidak menguntungkan ketika dipotong modal tanam.

Untuk sekali tanam, Mulyono harus mengeluarkan modal Rp 1 juta untuk pupuk.

Belum lagi ongkos buruh tanam Rp 300 ribu, traktor Rp 300 ribu.

Kata Mulyono, ongkos lainnya yakni untuk kebutuhan bibit dan biaya perawatan sekira tiga bulan hingga panen yang menurutnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 

“Ini gabah hasil panen akan saya simpan terlebih dahulu, untuk kebutuhan pangan."

"Dijual nanti kalau perlu,” tandasnya.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Blora, Sudarwanto mengatakan, hancurnya harga gabah dari petani terjadi di semua kecamatan.

Kata dia, untuk gabah basah yang proses panennya menggunakan alat perontok padi manual paling tinggi Rp 3.300 per kilogram.

Sedangkan untuk gabah yang dipanen menggunakan alat perontok yang menggunakan diesel paling tinggi hanya tembus Rp 3.500 per kilogram.

Dia menduga, anjloknya harga gabah karena pandemi Covid-19 yang mengakibatkan harga jual berada pada titik nadir paling rendah.

Karenanya, petani tidak bisa berbuat banyak.

“Petani hanya bisa mengeluh,” katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (5/3/2021).

Merosotnya harga gabah ini diperparah karena sebelumnya pupuk bersubsidi sulit dicari.

Kalaupun ada, stoknya sangat terbatas.

Akhirnya ada beberapa petani yang kemudian menggunakan pupuk nonsubsidi.

Pupuk sulit ditambah harga anjlok, kata Sudarmanto, kabarnya pemerintah hendak melakukan impor beras.

Tentu hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi petani.

“Tidak tahu mau bagaimana lagi, wong tani remuk,” tandasnya. (Rifqi Gozali)

Baca juga: Harga Cabai Masih Tinggi, Cabai Setan Rp 90 Ribu di Temanggung, Pasar Kaliwungu Kendal Rp 100 Ribu

Baca juga: Mantan Residivis Kasus Penipuan Ini Ditangkap Seusai Ambil Paket Sabu di Kedu Temanggung

Baca juga: Modal Data Temuan BPK, Wartawan Internal Publik Peras Kepala DPUPR Wonosobo

Baca juga: Pria Bermasker Todongkan Pistol ke Teller Bank Wonosobo, Gondol Uang Rp 100 Juta

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved