Berita Banjarnegara Hari Ini
Dikasih Kasur Empuk Namun Ditolak, Mudasir Pilih Tidur di Becak, Begini Kisahnya di Banjarnegara
Setelah resmi meninggalkan panti, Mudasir kembali memancal pedal becaknya menyusur jalan aspal perkotaan di Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Sosok tukang becak yang biasa mangkal di kota Banjarnegara, Mudasir (57) sempat viral.
Saat Pemprov Jateng mengampanyekan program 'Jateng di Rumah Saja', pada 6 dan 7 Februari 2021, pria itu terpaksa tidak bisa mengikuti anjuran pemerintah itu.
Bagaimana mau berdiam di rumah, sementara Mudasir sendiri tidak punya rumah.
Baca juga: Harga Kebutuhan Pokok Terus Meroket di Banjarnegara, Ini Penyebabnya
Baca juga: Cara Warga Panti Sosial Pamardi Raharjo Banjarnegara Berlindung dari Virus: Menjamin Asupan Gizi
Baca juga: Pelaku Usaha di Banjarnegara Masih Terpuruk, Kisah Mereka di Masa Pandemi yang Tak Kunjung Berakhir
Baca juga: Pengusaha Miras di Banjarnegara Divonis 6 Bulan Penjara, Bupati: Semoga Lahirkan Efek Jera
Sudah sekira lima tahun terakhir ini, Mudasir menghabiskan hari-hari bersama becak kesayangannya di jalan.
Becak kayuh itu bukan sekadar alat kerja, namun sekaligus tempat tinggal baginya.
Di situ ia biasa melepas penat setelah bekerja seharian.
Di atas jok penumpang, ia tidur dengan tubuh tertekuk.
Tribunbanyumas.com, sempat ingin menghampiri Mudasir di tempatnya biasa mangkal, di Jalan Dipayuda, Krandegan Banjarnegara.
Lokasinya tak jauh dari Kantor Bupati Banjarnegara, atau sekira 500 meter.
Di tepi jalan jantung kota itu, Mudasir biasa menunggu penumpang.
Tetapi sayang, beberapa kali tempat itu dihampiri, Mudasir tak juga menampakkan diri.
Becak merah yang jadi pasangan hidupnya selama ini pun tidak terlihat lagi.
"Biasanya mangkalnya di situ, tapi ini kok tidak ada."
"Dia tidurnya di becak, tidak punya rumah," kata seorang tukang becak lain di Jalan Dipayuda itu kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (12/2/2021).
Rupanya, seusai video tentangnya viral, Mudasir sempat dibawa ke RPS PMKS Pamardi Raharjo, Desa Pucang, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.
Benar saja, Mudasir sempat singgah di panti, namun hanya sebentar.
Kasi Penyantunan dan Rujukan RPS PMKS Pamardi Raharjo Banjarnegara, Mohamad Kodir membenarkan, petugas Satpol PP membawa Mudasir ke panti.
Kodir mengatakan, pemerintah sebenarnya telah hadir untuk memberikan perlindungan sosial kepada Mudasir.
Karenanya ia dibawa ke panti sosial.
Panti itu sengaja didirikan pemerintah untuk memfasilitasi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), termasuk tuna wisma semisal Mudasir.
Panti memiliki banyak kamar yang cukup memadai untuk tempat tinggal PMKS.
Mudasir bisa tinggal dan tidur nyenyak di salah satu kamar itu.
"Di sini dikasih fasilitas kamar, kasur empuk, dan makan dijamin," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (12/2/2021).
Bukan hanya fasilitas tempat tinggal, Mudasir juga dijamin kebutuhan makannya.
Baca juga: Keluarga Temukan Luka Bakar di Tubuh Saniyem, Petani di Karanganyar Pekalongan Tewas Tersambar Petir
Baca juga: Satu Rumah Sakit Swasta Ini Diusulkan Jadi RS Khusus Covid-19 di Karanganyar
Baca juga: Cek Longsor di Padureso Kebumen, Mensos Risma Minta Pemkab Pertimbangkan Opsi Relokasi
Baca juga: Pencarian Korban Longsor Padureso Kebumen Dilanjutkan Hari Ini, Jemarun Masih Dinyatakan Hilang
Dengan tinggal di panti, Mudasir tidak perlu lagi tidur di becak yang bisa membuatnya tidak nyaman.
Di kamar berdinding tembok tebal, ia akan bebas dari serangan angin malam dan dinginnya hujan.
Terlebih cuaca ekstrem akhir-akhir ini tidak ramah bagi orang-orang yang tidur di jalan.
Mudasir pun bisa tetap bekerja seperti biasa.
Ia boleh mengayuh becak dan menarik penumpang.
Bedanya, kini ia punya tempat pulang.
Selepas kerja yang melelahkan, ia bisa kembali ke panti dan beristirahat tenang.
Ia juga tak perlu ambil pusing soal makan karena selalu tersediakan.
Siapapun yang prihatin dengan kondisi Mudasir mungkin akan sama sepakat.
Orangtua itu akan lebih nyaman jika bertempat tinggal dan tidur di atas kasur empuk, seperti umumnya masyarakat.
Tetapi pandangan umum itu sepertinya tidak berlaku bagi Mudasir.
Dia punya tafsir tersendiri soal kenyamanan.
Nyatanya, di panti yang menjanjikan tempat tinggal nyaman, justru ia merasa gusar.
Ia ingin terus keluar.
Kasur empuk yang disiapkan untuknya tak membuatnya tertarik.
Padahal di situ ia bisa tidur dengan posisi tubuh normal.
Kakinya bisa leluasa selonjoran.
Berbeda dengan tidur di becak, ia harus pandai mengatur posisi tidur agar tubuhnya muat di kursi penumpang.
Ia harus tidur dengan menekuk kaki dan menahannya hingga ia terjaga kembali.
Tetapi ternyata Mudasir menolak tidur di kamar beralaskan kasur.
Saat malam, ia nekat kembali ke becaknya yang diparkir di halaman panti.
"Di sini tidurnya tetap di becak, padahal sudah disediakan kasur," katanya.
Mudasir memaksa agar bisa keluar dari panti dan hidup seperti sediakala.
Panti dengan fasilitasnya yang memadai nyatanya tak lantas membuatnya nyaman tinggal.
Ia lebih memilih tinggal di jalan dan tidur di becak yang juga menjadi ladang pencahariannya.
Mudasir pun akhirnya diserahterimakan ke Lurah Semarang Kecamatan Banjarnegara, sesuai alamat KTP.
Di situ, ia pernah bertinggal dan memiliki rumah bersama keluarga tercinta.
Setelah resmi meninggalkan panti, Mudasir kembali memancal pedal becaknya menyusur jalan aspal kota.
Ia telah kembali ke dunianya yang sempat beberapa hari hilang.
Berjibaku dengan terik yang membuat kulitnya legam, serta hujan yang mungkin telah membuatnya kebal.
"Di sini dua hari, dia minta keluar, sudah kami rayu tapi tidak mau," katanya. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Benarkah Kabar Nakes Meninggal Seusai Disuntik Vaksin? Berikut Fakta dan Keterangan Dinkes Cilacap
Baca juga: Kapal Digulung Ombak di Selatan Pulau Nusakambangan Cilacap, 1 Nelayan Hilang dan 3 Lainnya Luka
Baca juga: Gadaikan Mobil Pinjaman, Notaris di Purwokerto Banyumas Diamankan Polisi saat di Kafe
Baca juga: Salurkan CSR, BPR BKK Purwokerto Belikan Sebidang Tanah bagi 2 Korban Longsor Sungai Pelus Banyumas