Berita Jateng
Isi Seminar di UNIKMA Cilacap, Guru Gembul Ungkap Peran Pesantren Bangun Peradaban
Pandangan Guru Gembul ini sekaligus menepis berbagai tudingan yang menyebutnya "antipesantren"
Penulis: khoirul muzaki | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP- Kreator konten Guru Gembul dan Prof. Dr. Fathul Aminudin Aziz, MM menyampaikan pandangan kritis dalam Diskusi Hari Santri Nasional 2025 bertema ‘Warna-Warni Pesantren dan Iramanya’ yang digelar di Universitas Komputama (UNIKMA) Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (30/10/2025).
Dalam diskusi yang dipandu rektor UNIKMA, Dr Fikria Najitama, M.S.I, keduanya menyorot posisi pesantren dalam sejarah Indonesia, tantangan modernisasi, hingga peran pemerintah terhadap lembaga pendidikan Islam.
Pandangan Guru Gembul ini sekaligus menepis berbagai tudingan yang menyebutnya "antipesantren" karena kerap menyorot seluk beluk dunia pesantren di channel Youtube nya.
Ia menjelaskan, pesantren dalam sejarahnya justru menjadi tonggak awal lahirnya masyarakat literasi di Indonesia.
Ia mengutip teori sejarawan MC Ricklefs, bahwa kedatangan Islam menandai era modern karena membuka akses baca tulis bagi semua kalangan.
“Pesantren adalah lembaga pertama yang memberikan kesempatan belajar bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang kasta atau agama,” ujarnya.
Pesantren di masa awal dinilainya berperan besar membangun peradaban bangsa. Pesantren kala itu menjadi pusat dakwah, pengobatan, pendidikan, dan pengembangan masyarakat.
Sayangnya kini, semangat itu mulai luntur.
Di sini lah Guru Gembul melontarkan kritik tajam dimana pesantren masa kini sudah menyimpang dari semangat awal.
Tidak semua pesantren tentunya. Ia mencontohkan fenomena pesantren yang ‘mengemis’ di media sosial dengan menampilkan kondisi memprihatinkan demi mendapat donasi.
“Dulu pesantren memberi kontribusi. Sekarang ada yang malah meminta. Itu penyimpangan dari jati diri pesantren sebagai lembaga yang membangun kemandirian umat,”katanya.
Tapi siapa sangka, kritik membangun yang ia sampaikan justru direspon negatif sebagian orang.
Akibat kritikannya terhadap penyimpangan pesantren, ia sempat diboikot dan bahkan mendapat ancaman.
Padahal, ia menegaskan kecintaannya terhadap pesantren. Ia hanya tak ingin pesantren yang dicintainya dirusak oleh oknum tak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan pemuka agama.
“Saya bukan benci pesantren. Saya mencintainya. Tapi saya tak ingin pesantren dirusak oleh oknum yang mengatasnamakan agama demi keuntungan pribadi,” ucapnya
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/diskusi-guru-gembul.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.