Berita Nasional
Bawa 53 Penumpang dan 12 Awak, Berikut Kornologi serta Fakta Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182
Pesawat berpenumpang 53 orang dan 12 awak tersebut diduga meledak saat baru empat menit lapas landas dari Bandara Soekarno Hatta.
Lalu, pada pukul 14:40:09, ketinggian turun ke 10.725 feet tetapi kecepatan masih sama. Penurunan ketinggian berlanjut ke posisi 8.950 feet dan kecepatan mulai turun ke 224 knot, lalu turun lagi ke 8.125 feet dan kecepatan 192 knot.
"Sampai di sini, data masih bisa dibilang bagus," kata Yayan.
Namun, lanjut dia, bagus di sini adalah dalam hal kepatuhan pada regulasi dan pengaturan komposisi antara ketinggian dan kecepatan.
Regulasi penerbangan mengatur ketinggian di bawah 10.000 feet tidak boleh di atas 250 knot. Artinya, ketika ketinggian berkurang dari 10.000 feet, kecepatan pun harus diturunkan.
Namun, Yayan menyebut data menjadi cukup unik ketika ketinggian terus turun sampai 5.400 feet dan kecepatan turun pula hingga 115 feet.
"Ini seperti pesawat kehilangan tenaga. Posisi moncong pesawat turun, karena ketinggian terus berkurang, tapi kecepatan juga terus turun," ungkap Yayan.
Puncaknya, sebut dia, pesawat bisa diduga mengalami stall pada pukul 14.40:27, yaitu ketika ketinggian terpantau radar tinggal 250 meter tetapi kecepatannya melejit hingga ke 359 knot.
"Moncong pesawat diduga ke bawah tapi kecepatannya lalu mendadak bertambah teramat tinggi dan stall, ini langka," ujar Yayan.
Dalam kasus-kasus insiden penerbangan yang melibatkan stall, moncong pesawat mengangkat ke atas bahkan bisa tegak lurus ke atas.
Kejadian terakhir semacam ini antara lain terjadi pada musibah Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di perairan Selat Karimata beberapa waktu lalu.
Dalam kejadian tersebut, pesawat seketika hilang dari posisi ketinggian terakhir tanpa ada penurunan bertahap setelah stall berkepanjangan, dengan kecepatan terakhir yang lalu seketika nol.
Penyelidikan KNKT atas insiden tersebut mendapati ada komponen sensor yang pemasangannya tak lagi sempurna. Akibatnya, bacaan sensor tak stabil dan mode autopilot meresponsnya dengan mengubah posisi moncong pesawat hingga ke posisi ekstrem.
Sejumlah misteri
Meski detail membaca data-data angka ketinggian dan kecepatan itu, Yayan tak mau berspekulasi bahwa posisi moncong sudah pasti ke bawah.
Dugaan bahwa posisi moncong itu mengarah ke bawah, ulang dia, semata dari ketinggian dan kecepatan yang sempat berkurang dengan grafik landai.