Berita Nasional

Google Rayakan Noken dalam Bentuk Doodle, Begini Filosofi Tas Asli Papua Tersebut

Noken Papua adalah salah satu hasil kerajinan tangan masyarakat asli Papua yang berupa tas hasil anyaman dari kulit kayu pohon biyik.

Editor: rika irawati
Google.com
Doodle noken 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Laman mesin pencarian Google menjadikan noken Papua sebagai Doodle, Jumat (4/12/2020). Tema ini diangkat untuk merayakan warisan budaya noken Papua.

Noken Papua adalah salah satu hasil kerajinan tangan masyarakat asli Papua yang berupa tas hasil anyaman dari kulit kayu pohon biyik.

Dirangkum dari laman resmi Pemprov Papua, uniknya, pohon tersebut tumbuh alami di hutan sekitar Danau Ayamaru Papua Barat dan tidak dibudidayakan.

Berdasarkan ukuran dan kegunaan, jenis noken untuk perempuan dan laki-laki berbeda.

Noken laki-laki berukuran lebih kecil dan dipergunakan untuk menyimpan korek api, rokok, atau pinang.

Sementara, noken bagi wanita, berukuran lebih besar, yang diperuntukan untuk membawa hasil-hasil perkebunan.

Baca juga: Terbukti Kampanyekan Paslon Bupati, Kepala SD di Blora Direkomendasikan Dapat Sanksi

Baca juga: Mess Persibat Batang Akan Dijadikan Tempat Isolasi Mandiri Terpusat Pasien Covid-19

Baca juga: Sebelum Ikut Sekolah Tatap Muka Januari, Seluruh Pelajar di Kota Salatiga Wajib Jalani Tes Rapid

Baca juga: 47 Desa di 13 Kecamatan di Blora Endemik DBD, Sumbang 119 Kasus Sepanjang Januari-November

Namun, kini, noken Papua sudah banyak yang terbuat dari bahan benang nilon buatan pabrik.

Terkait kondisi ini, masyarakat Papua cukup khawatir nantinya noken berbahan benang tersebut bakal menggusur noken berbahan tradisional.

Filosofi dan cara membuat noken Papua

Filosofi noken Papua yakni nilai budaya dan sosial ekonomi yang besar di seluruh Provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia.

Dikutip dari Tribunnews, Jumat (4/12), tas tradisional noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.

Para wanita di Papua, sejak kecil sudah harus belajar membuat noken sebagai tradisi melambangkan kedewasaan si perempuan itu.

Jika perempuan Papua belum bisa membuat Noken, dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah.

Noken juga dapat dipakai, sering kali untuk perayaan tradisional, atau diberikan sebagai persembahan perdamaian.

Dirangkum dari laman resmi UNESCO, cara membuat noken antar komunitas berbeda. Tetapi, pada umumnya, cabang, batang atau kulit pohon atau semak tertentu ditebang, dipanaskan di atas api dan direndam dalam air.

Serat kayu yang tersisa dikeringkan kemudian dipintal menjadi benang atau tali yang kuat, yang terkadang diwarnai dengan pewarna alami.

Baca juga: Banjir Akibat Luapan Sungai Serayu di 12 Desa di Banyumas Surut, Warga Mulai Bersih-bersih Rumah

Baca juga: Bupati Banggai Laut Ditangkap KPK dalam OTT, Diduga Menerima Suap dari Swasta

Baca juga: Jangan Ketinggalan, Iphone 12 Bisa Dipesan Mulai 11 Desember 2020

Baca juga: Ditemukan Kejang-kejang di Dalam Mobil, Ibu dan 2 Anak Diduga Keracunan AC

Tali ini diikat untuk membuat kantong jaring dengan berbagai pola dan ukuran.

Prosesnya membutuhkan keterampilan yang hebat, konsentrasi, jiwa seni, dan membutuhkan beberapa bulan untuk menguasainya.

Namun, jumlah orang yang membuat dan menggunakan noken semakin berkurang.

Faktor yang mengancam kelangsungan hidupnya antara lain kurangnya kesadaran, lemahnya transmisi tradisional, berkurangnya jumlah pengrajin, persaingan dari tas buatan pabrik, masalah dalam memperoleh bahan baku tradisional dengan mudah dan cepat, serta pergeseran nilai-nilai budaya noken. (*)

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul Filosofi dan keunikan noken Papua yang jadi Google Doodle hari ini.

Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved