Berita Blora

Pemkab Blora Gelar Laku Bisu Kirab Pusaka Kiai Bisma Keliling Kota, Ini Makna dan Tujuannya

Pusaka keris Kiai Bisma dikirab keliling kota tanpa bersuara atau laku bisu, Rabu (2/12/2020) dini hari.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/RIFQI GOZALI
Rombongan kirab pusaka Kiai Bisma di pendopo rumah dinas Bupati Blora, Rabu (2/12/2020) dini hari. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Pusaka keris Kiai Bisma dikirab keliling kota tanpa bersuara atau laku bisu, Rabu (2/12/2020) dini hari. Kirab ini gambaran akan nilai pengendalian diri terhadap sifat egois.

Kirab dimulai tepat pukul 00.00 WIB dari dari dan kembali ke pendopo rumah dinas Bupati Blora atau disebut kirab temu gelang.

Sebelum kirab, dilantunkan gendingan Jawa dari seniman cokekan Among Raos.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Blora, Solichan Mochtar mengatakan, kirab ini merupakan tradisi tahunan jelang peringatan hari jadi Blora yang tiba pada 11 Desember.

Menurut Solichan, ada ketentuan yang harus ditaati oleh peserta kirab pusaka, yakni dilarang berbicara selama perjalanan sesuai rute yang ditentukan.

"Selama perjalanan, tidak boleh bicara dan harus khidmat dengan memanjatkan doa kepada Tuhan agar Kabupaten Blora serta warga masyarakat diberikan keselamatan, dijauhkan dari bencana," kata Solichan.

Baca juga: 55 Petugas Pilkada Blora Positif Covid-19, KPU: Kami Sudah Siapkan Skema Antisipasinya

Baca juga: Bahayanya Sumur Warga di Blora yang Semburkan Gas Metana, ESDM: Tidak Berbau Tapi Mudah Terbakar

Baca juga: Bukannya Air, Sumur di Ngraho Blora Malah Mengeluarkan Gas saat Digali Warga

Baca juga: 50 Persen Sekolah di Blora Siap KBM Tatap Muka

Laku bisu itu sendiri, kata Solichan, merupakan isyarat terhadap kekhusyukan dan konsentrasi selama kirab berlangsung.

Kirab tersebut juga menjadi ajang berkontemplasi atas pikiran dan perhatian dalam mengendalikan sifat egois.

"Kenapa malam hari, ini adalah isyarat keheningan. Kekhusyukan. Jangan sampai ada disharmoni kebudayaan," ujarnya.

Urutan peserta kirab pusaka yakni paraga krab terdiri unit mobil Satlantas Polres Blora, pembawa obor, cucuk lampah, pusaka kiai bisma yang dibawa Sekda Blora Komang Gede Irawadi.

Kemudian pusaka atau piandel Blora lainnya yang dibawa oleh paraga, obor tengah dan obor belakang oleh petugas.

Kemudian, pangombyong kirab pusaka terdiri Kepala Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Blora, Permadani, Paguyuban Warga Masyarakat Sedulur Sikep.

Sebelum dikirab, pusaka kiai bisma dijamas terlebih dulu.

Pusaka ini merupakan pusaka utama Blora dari Keraton Solo yang diberikan bersamaan dengan kekancingan saat Blora dipimpin oleh Tumenggung Djajeng Tortonoto.

Kirab kali ini untuk memeringati hari jadi ke 271 Kabupaten Blora. Berhubung masih dalam situasi pandemi, kirab dilakukan dengan pembatasan jumlah dan menerapkan protokol kesehatan. (*)

Baca juga: Cegah Tertular Covid-19, Polres Banjarnegara Ingatkan Sopir Angkot dan Angkudes Terapkan Prokes

Baca juga: Jeda Kompetisi, Bek Sayap PSIS Semarang Frendi Pilih Main di Kampung Halaman dan Latih Burung Dara

Baca juga: Misterius, Buih Busa Muncul dan Cemari Sungai di Sokaraja Kulo Banyumas. Pemdes Bergerak Menyelidiki

Baca juga: Imam Besar FPI Rizieq Shihab Minta Maaf Picu Kerumunan, Mengaku Sedang Jalani Karantina

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved