Berita Semarang
Kisah Eks Napiter di Kota Semarang, Dari Merakit Bom Hingga Dampingi Eks Napiter Lain Buka Usaha
Kesan sangar jauh dari sosok Machmudi Hariono alias Yusuf, mantan napi teroris atau eks napiter yang pernah berangkat ke Filipina untuk berjihad.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rika irawati
Semisal, ketika ia tak sengaja bertemu anggota Polda Jateng di restoran tersebut, yang berujung seluruh karyawan dibriefing kepolisian.
Namun, karena kesungguhan untuk kembali hidup normal dan berkeluarga, berbagai kendala itu ia hadapi.
Hingga, ia mampu mendirikan restoran sendiri dengan menu utama iga bakar.
Namun, usaha tersebut hanya berjalan tiga tahun dan kini dia banting setir, berusaha dalam bidang rental mobil.
"Di tengah enjoy kami menjalani kehidupan baru, kami mendapatkan kabar dari ketiga teman kami yang dulu bersama di Nusakambangan, ada satu yang kembali terlibat jaringan teroris. Ia ditangkap 2015 lalu," katanya.
Dari hal tersebut, ia mulai berpikir untuk mendirikan Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) bersama lima temannya yang lain.
Kelimanya adalah Badawi Rahman, Nur Afifudin, Sri Pujimulyo Siswanto, Hery, dan Wawan.
Baca juga: Batal Lawan Bosnia, Timnas U-19 Indonesia Bakal Tantang Hajduk Split. Berikut Link Live Streamingnya
Baca juga: 3 Sekolah di Banyumas Mulai Membuka Kelas Tatap Muka, Siswa Wajib Pakai Masker dan Face Shield
Baca juga: Segera Manfaatkan, Pemprov Jateng Beri Dispensasi Denda Pajak Kendaraan bagi Perorangan dan Usaha
Baca juga: BREAKING NEWS: Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan Tewas dalam Kecelakaan di Tol Solo-Ngawi
Mereka merintis yayasan itu sampai disahkan notaris Dr Muhammad Hafidh, pada 28 Februari 2019. Hingga akhirnya, 2 Maret 2020, yayasan ini resmi mendapat Surat Keputusan dari Kementrian Hukum dan HAM.
Ruang lingkup kerja Persadani, khusus di wilayah Jawa Tengah, berfokus pada kegiatan sosial dan ekonomi.
Tujuan Persadani, melakukan pendampingan eks napiter agar tidak kembali terlibat ke jaringan terorisme.
Alasan lain, kata Yusuf, sejauh ini, tidak ada lembaga yang melakukan pendampingan yang kompeten pada eks napiter.
Lembaga lain hanya memberi pendampingan namun tidak mendalam, apalagi mereka bukan eks napiter.
"Kalau kami, eks napiter, tentu pendekatannya lebih mendalam karena pernah mengalami hal tersebut," jelasnya.
Dikatakan Yusuf, berdasarkan datanya, terdapat 200 eks napiter di Jawa Tengah.
Saat ini, ada 26 orang yang tergabung dalam yayasan tersebut. Mayoritas dari Kota Semarang dan sisanya dari daerah lain.