Berita Jawa Tengah

75 Desa di Blora Masih Alami Krisis Air Bersih, BPBD: Tidak Separah Tahun Lalu

Kalakhar BPBD Kabupaten Blora, Hadi Praseno mengatakan, telah melakukan droping sebanyak 750 tangki masing-masing tangki kapasitas 5.000 liter.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: deni setiawan
TRIBUN TIMUR/muhammad abdiwan
ILUSTRASI seorang anak sedang melintasi tanah yang retak akibat kekeringan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Krisis air bersih masih berlangsung di Kabupaten Blora.

Sampai saat ini tercatat ada 75 desa yang sudah didroping air bersih oleh BPBD Kabupaten Blora.

Kalakhar BPBD Kabupaten Blora, Hadi Praseno mengatakan, telah melakukan droping sebanyak 750 tangki masing-masing tangki kapasitas 5.000 liter.

Itu disebar ke 75 desa di 13 kecamatan.

Baca juga: Pilkada Serentak di Jateng, KPU Cuma Targetkan 77 Persen Partisipasi Pemilih

Baca juga: Rekomendasi Banggar DPRD Jateng: Bubarkan PT SPJT Karena Tidak Produktif

Baca juga: Ini Terobosan Baru Pemprov Jateng, Bikin Sekolah Virtual Buat Anak Putus Sekolah, Begini Teknisnya

Baca juga: 14 Nama Calon Komisioner KPID Jateng Sudah Dikantongi, DPRD: Segera Kami Gelar Fit and Proper Test

"Yang belum mengajukan bantuan air bersih atau tidak terdampak kekeringan di Kecamatan Japah, Kradenan, dan Todanan," kata Hadi kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (17/10/2020).

Jika sesuai dengan tanggap bencana musim kemarau, prediksi ada 170 desa di 14 kecamatan yang rawan terjadi krisis air bersih.

Namun karena saat ini kemarau basah, kata Hadi, jadi tingkat krisis air bersih tidak separah dengan yang telah diprediksi.

Hadi mengatakan, pada tahun ini pihaknya mengalokasikan anggaran sekira Rp 400 juta untuk droping air bersih.

Anggaran sebanyak itu setara dengan 1.600 tangki untuk tanggap bencana krisis air bersih.

Sementara masa tanggap bencana krisis air bersih akan berlangsung sampai pada akhir November 2020.

"Kalau dari data yang kaki terima dari BMKG, khusus Blora memasuki musim hujan awal November 2020," ucap dia.

Sementara untuk menghadapi musim hujan, pihaknya baru akan menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah dinas demi memetakan daerah rawan serta persiapan mitigasinya.

Hadi mengatakan, pada musim hujan bencana yang biasa terjadi di Kabupaten Blora, selain longsor adalah banjir.

"Kalau banjir biasanya di Blora banjir genangan."

"Tapi belum hujan ini nanti, soalnya curah hujannya tinggi apakah ada banjir bandang atau tidak."

Halaman
12
Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved