Berita Pendidikan

Mengintip Pengabdian Bu Tun, Guru SD Gelar Belajar Home Visit di Kendal, Sebentar Lagi Purna Tugas

Meski di usianya yang memasuki tahun ke-60, perempuan yang akrab disapa Bu Tun ini mengajar dengan cara mendatangi rumah siswa di tengah pandemi.

Penulis: Saiful Masum | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/SAIFUL MA'SUM
PEMBELAJARAN TATAP MUKA: Jumarotun (59) guru SD Negeri 01 Galih, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal melakukan pengajaran tatap muka dengan protokol kesehatan, Rabu (5/8/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Jumarotun (59) guru SD Negeri 01 Galih, Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal tak patah arang dalam membina siswa-siswanya.

Meski di usianya yang memasuki tahun ke-60, perempuan yang akrab disapa Bu Tun ini mengajar dengan cara mendatangi rumah siswa di tengah pandemi Covid-19.

Bahkan dia harus mendatangi 4 lokasi setiap harinya, pada Senin hingga Jumat.

Lima Bulan Belum Terima Gaji, Perangkat Desa Plantaran Ngadu ke Bupati Kendal

Jalankan Instruksi Dinkes Jateng, RSI Muhammadiyah Kendal Tambah Tiga Ruang Isolasi

Novi Ngaku Dendam dan Sempat Ada Hubungan Khusus dengan Korban, Kasus Teror Orderan Fiktif di Kendal

Dalam sebuah kesempatan belajar di rumah milik Umi Mukharomah, Desa Galih, Bu Tun semangat mengajar 3 siswanya sesuai protokol kesehatan, di antaranya M Zhafran HQ.

Dia bahkan membawa beberapa benda yang diperlukan sesuai buku pelajaran.

Seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi hingga sampo untuk mempermudah proses belajar anak.

Perempuan yang tinggal di Desa Gemuhblanten, Kecamatan Gemuh itu setiap pagi mulai berkeliling.

Dengan tekun, ia mengajari setiap anak khusus kelas I SD Negeri 1 Galih agar bisa berhitung, menulis, dan membaca.

Katanya, 3 pokok dasar pembelajaran itu akan maksimal jika diajarkan secara tatap muka disertai praktik.

"Pembelajaran ini baru tiga hari mulai Senin (3/8/2020)."

"Metodenya praktik dan ceramah (teori)."

"Saya punya 15 siswa dan saya bagi pada 4 rumah dengan durasi pembelajaran sekira setengah jam," terang Bu Tun kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (5/8/2020).

Sulit Terapkan Metode Daring

Sebelum pembelajaran visit home, dirinya sudah mempraktikkan pembelajaran daring maupun luring.

Pembelajaran daring dilakukan melalui WhatsApp.

Sedangkan luring berupa penugasan yang diambil oleh masing-masing orangtua siswa.

Kata Jumarotun, kedua metode itu tak berhasil membuat anak didiknya paham dan mengerti pelajaran.

Skema daring dirasa lebih berat untuk diterapkan pada siswa kelas satu sekolah dasar.

Sekolah Mulai Terapkan Belajar Tatap Muka di Sebagian Wilayah Jateng

Sebelum Belajar Tatap Muka Dimulai, Ganjar Minta Ada Satgas Jogo Sekolah

Cerita Siswa Belajar Daring di Rumah Aspirasi Bambang Kusriyanto, di Susukan Kabupaten Semarang

Para siswa kesulitan dalam memahami pelajaran khususnya hitung-hitungan dan cenderung mengandalkan bantuan orangtua.

Sedangkan skema pemberian tugas tak berjalan maksimal lantaran tak semua orangtua punya waktu untuk mengambil tugas di sekolahan.

"Itu yang saya terapkan di semester sebelumnya."

"Pada awal semester ini, saya inisiatif untuk mengajarnya langsung tatap muka."

"Saya juga minta izin orangtua siswa dan pemilik rumah untuk dijadikan tempat pembelajaran, setiap tempat diikuti 3 dan 4 siswa," ceritanya.

Dengan segudang pengalaman menjadi tenaga pendidik selama 39 tahun, ketelatenan Bu Tun dalam mengajar dan menuntun siswa tidak diragukan lagi.

Para siswanya pun dilatih untuk aktif bertanya dalam proses pembelajaran.

Dia berharap melalui apa yang ia lakukan dapat melatih anak untuk bisa menguasai materi lebih cepat dan maksimal, khususnya dalam menulis, membaca, dan menghitung.

"Untuk Sabtu, kami beri tugas, Minggunya biar mereka istirahat."

"Karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan yang sama."

"Kami berusaha maksimalkan pondasi dasar pembelajaran siswa kelas satu agar ke depannya bisa mengikuti pelajaran secara maksimal," sebutnya.

Umi Mukharomah, pemilik rumah tempat belajar siswa mendukung penuh pembelajaran home visit.

Selagi mematuhi protokol kesehatan dan tidak lebih dari 5 siswa.

Baginya, pembelajaran tatap muka langsung oleh guru dan siswa akan berdampak pada peningkatan daya tangkap siswa.

Hal tersebut lantaran metode pembelajaran tidak hanya berupa materi namun disertai praktik.

"Kalau daring anak kadang males, yang belajar jadi orangtuanya."

"Dengan tatap muka langsung mengunjungi siswa, kesulitan anak dalam memahami materi bisa diuraikan guru."

"Anak-anak bisa lebih tanggap dengan cepat," terangnya. 

PEMBELAJARAN TATAP MUKA: Jumarotun (59) guru SD Negeri 01 Galih, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal melakukan pengajaran tatap muka dengan protokol kesehatan, Rabu (5/8/2020).
PEMBELAJARAN TATAP MUKA: Jumarotun (59) guru SD Negeri 01 Galih, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal melakukan pengajaran tatap muka dengan protokol kesehatan, Rabu (5/8/2020). (TRIBUN BANYUMAS/SAIFUL MA'SUM)

Satu Tugas Semua Mapel, Cara Lain Disdikbudpora Kabupaten Semarang Atasi Kejenuhan Siswa

Laporan Bank Indonesia: Deflasi Purwokerto dan Cilacap Terendah di Jawa Tengah

Disdikbud Apresiasi Semangat Jumarotun

Secara terpisah, Kepala Disdikbud Kabupaten Kendal, Wahyu Yusuf Akhmadi mengapresiasi semangat guru SD Negeri 01 Galih Kecamatan Gemuh, Jumarotun untuk mengajari siswanya.

Ia juga berterima kasih kepada Jumarotun atas inovasinya dalam mengajar dengan menyediakan alat ajar sendiri.

"Yang perlu diketahui, bahwa Bu Tun (nama panggilan Jumarotun) dalam satu tahun ke depan purna tugas sebagai tenaga pendidik."

"Tetapi di usianya 59 tahun ia masih semangat dan mau berjuang lebih untuk mengajar."

"Juga inovasinya dengan menyediakan bahan ajar serta mengunjungi rumah masing-masing siswa," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (5/8/2020).

Kata Wahyu, Bu Tun mulai mengajar dengan mendatangi rumah siswanya mulai awal pekan ini.

Dia juga menyiapkan bahan ajar meliputi sabun mandi, pasta dan sikat gigi, hingga sampo sebagaimana contoh gambar pada pelajaran matematika.

Melihat langsung bagaimana cara mengajar Bu Tun, Wahyu menyebutnya inovasi yang istimewa.

Katanya, di ujung pengabdiannya sebagai tenaga pendidik, Jumarotun masih mau melakukan hal yang lebih untuk mencerdaskan anak didiknya saat pandemi Covid-19.

"Pandemi ini betul menjadi tantangan bagi kami, sekaligus momentum belajar dan menuangkan kreativitas."

"Ibu ini satu tahun lagi purna tugas."

"Beliau mencoba memaksimalkan sisa pengabdiannya dan terus mencoba bahwa pandemi bukan penghalang untuk mencerdaskan anak-anak didik," tuturnya.

Wahyu menegaskan, sudah sepantasnya ilmu atau seni mengajar seorang guru perlu ditingkatkan di tengah wabah Covid-19.

Wahyu juga mendorong terus agar setiap pendidik di Kabupaten Kendal tak berhenti meningkatkan berbagai inovasi untuk siswanya.

Dia berharap semangat juang yang dipersembahkan Jumarotun untuk anak didiknya dapat ditiru oleh tenaga pendidik lain tak terkecuali kalangan anak muda.

"Dalam situasi sekarang ini, pedagogi sebagai seorang guru memang perlu ditingkatkan."

"Kami apresiasi apa yang diusahakan Bu Tun ini."

"Semangat dan inovasinya bisa dicontoh tenaga-tenaga pendidik lainnya," ucapnya Wahyu. (Saiful Ma'sum)

Yatna Juga Terdampak Pandemi di Tegal, Penjualan Bendera Menurun Drastis Jelang HUT RI

Anak Tetap Bosan Kalau Sampai Desember, Ketua DPRD Jateng Minta Ada Solusi Terkait Belajar Daring

Kalau Ganti Meteran Listrik yang Rusak, Bayar atau Tidak? Ini Penjelasan Lengkap PLN

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved