Berita Semarang
'Dulu Genit, 3 Tahun Lalu Bercadar', Kesaksian Tetangga Permpuan Terduga Teroris di Semarang
'Dulu Genit, 3 Tahun Lalu Bercadar', Kesaksian Tetangga Permpuan Terduga Teroris di Semarang
Penulis: iwan Arifianto | Editor: yayan isro roziki
"Waktu kecil orangnya menthel (genit). Dulu masih saling sapa kalau ketemu. Tapi itu dulu, sebelum IS 3 tahun lalu berubah berpakain tertutup dan bercadar."
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Pengkapan seorang perempuan terduga teroris oleh Densus 88 Anti-teror, pada Rabu (24/6/2020) lalu, membuat tetangganya kaget.
Mereka sama sekali tak menduga, bahwa IS diduga terlibat dalam jaringan dan aksi terorisme.
Teman masa kecil perempuan terduga teroris menuturkan, dulu IS merupakan wanita yang ceria, bahkan cenderung menthel atau genit, tapi 3 tahun lalu penampilan IS berubah: ia bercadar.
"Waktu kecil orangnya menthel (genit)," kata teman masa kecil IS, yang enggan disebutkan namanya, kepada TribunBanyumas.com, Minggu (5/7/2020) malam.
• Terduga Teroris Perempuan Ditangkap Densus 88 di Semarang, Pak RT: Saya Sudah Diajak Komunikasi
• Ledakan Keras Terjadi Menteng, Suaranya Mirip Bom Bikin Geger Warga, Saksi: Ada Asap Putih Tebal
• Oknum Paspampres Tersangka Kasus Tewasnya Anggota TNI AD Serda Saputra, Puspom Sita Pistol dan Badik
• Kasus Positif Covid-19 di Semarang Melonjak, 3 Perusahaan Jadi Klaster Baru Penularan Corona
Perempuan itu mengaku, menghabiskan masa kecil bersama IS.
Apalagi jarak rumah mereka yang berdekatan.
Kendati beberapa tahun belakangan IS jarang menghabiskan waktu di Semarang lantaran ikut bekerja saudaranya di Kalimantan, ketika mereka bertemu tetap saling sapa.
Namun setelah penampilan IS berubah dan mengenakan cadar, mereka tidak lagi ada saling sapa.
"Dulu masih saling sapa kalau ketemu. Tapi itu dulu, sebelum IS 3 tahun lalu berubah berpakain tertutup dan bercadar," bebernya.
Menurut pengakuan perempuan warga RT 1 RW 5 Kelurahan Purwosari ini, IS memiliki dua anak laki-laki hasil perkawinan dengan suami yang pertama.
Sedangkan pernikahan kedua IS belum dikarunia buah hati.
"Jarang pulang ke sini, paling pulang ke rumah sehari dua hari."
"Kemudian dia juga tidak pernah berbaur dengan tetangga," katanya.
Tetangga lain, Jumini membenarkan IS memang tidak pernah bergaul dengan tetangga sekitar.
IS hanya berkomunikasi dengan para tamunya yang didominasi laki-laki.
"Ada yang dari Cilacap, saya tidak tahu keperluannya, mungkin berobat karena sampai menginap juga," jelasnya kepada Tribunjateng.com.
Jumini menjelaskan, di rumah tersebut IS tinggal sendirian.
Sejak pulang dari Kalimantan IS dikenal pendiam oleh tetangganya.
Setiap di rumah IS hanya berdiam diri di rumah.
"Saya hanya melihat saja, paling dia pulang sehari, nanti lama pulangnya bisa berminggu-minggu," katanya.
Dia menuturkan, sehari sebelum penangkapan ada dua orang yang mengamati rumah IS dari warungnya.
"Kalau penangkapan saya tidak tahu, tiba-tiba dengar kabar sudah ditangkap polisi," jelasnya.
Jumini menyebut IS memang membuka pengobatan herbal sekaligus buka pijat.
Ketika membeli sembako di warungnya atau tepat di depan rumah tempat tinggal IS, Jumini ditawari tarif pijat Rp50 ribu.
"Kalau tetangga tarif segitu namun jika panggilan luar kota atau diundang ke luar kota biaya Rp2 juta," terangnya.
Densus 88 komunikasi dengan Pak RT
Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan berinisial IS (47), warga Jalan Purwosari Perbalan IIE RT 01 / RW 05, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, dikabarkan ditangkap Densus 88 Anti-teror Mabes Polri.
Hal ini dikonfirmasi oleh Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Agus Supriyono.
Ketua RT mengaku beberapa hari sebelum penangkapan, ia sudah diajak komunikasi oleh anggota Densus 88.
Karena itu, ia memastikan, bahwa warganya ditangkap oleh satuan 'burung hantu' tersebut.
"Betul ada penangkapan oleh Densus 88, tepatnya Rabu (24/6/2020) sekitar pukul 07.00 WIB," jelasnya saat ditemui Tribunjateng.com di rumahnya, Minggu (5/7/2020).
Agus menjelaskan, tidak mengetahui pasti proses penangkapan tersebut.
Pasalnya ketika penangkapan berlangsung, dia sedang bekerja.
"Tetapi memang beberapa hari sebelumnya saya diajak komunikasi oleh Densus 88."
"Begitu pun pada detik-detik penangkapan ada anggota Densus yang menelepon saya," jelasnya.
Agus menyebut tidak hanya menangkap IS, Densus juga menyita beberapa barang bukti di rumah tersebut.
Di antaranya baju dan dokumen pribadi.
"Setahu saya barang bukti yang diambil itu. Lalu penangkapan juga berlangsung senyap," bebernya.
Dijelaskan Agus, sebelum proses penangkapan dirinya memang sudah ditemui oleh tim Densus 88 tiga hari sebelum penangkapan.
Mereka mengorek keterangan darinya menyoal identitas IS.
Selian itu, anggota Densus juga memantau di sekitar rumah.
Baik secara langsung maupun pengamatan melalui kamera CCTV.
"Saya memang kenal dengan IS, tapi dokumen seperti KTP, KK dan lainnya pihak RT tidak punya."
"Sebab ketika diminta oleh pihak RT tidak pernah dikasih oleh IS," jelasnya.
• ASN Damkar Ditangkap Polisi, Gondol Uang Rp600 Juta Janjikan Korban Lolos Jadi PNS di Tangerang
• Masuki Fase New Normal Pasien Positif Covid-19 di Banyumas Bertambah, Berikut Update Minggu 5 Juli
• Begini Syarat Penerapan New Normal Menurut WHO dan Bappenas, Daerah Mana Sudah Siap?
• Mengintip Traidisi Pacaran Orang Rimba, 2.000 Hari Mengabdi di Calon Mertua, Sentuh Pacar Didenda
Agus mengatakan, rumah yang ditinggali IS merupakan rumah milik kedua orangtuanya yang telah meninggal dunia.
Rumah itu telah resmi menjadi milik kakak kandung IS yang tinggal di Kalimantan.
"Dulu orangtua IS jadi Pak RT wilayah ini, tapi sudah lama," katanya. (iwn)