Bisnis dan Ekonomi
Sepatu dari Ceker Ayam, Produk Indonesia yang Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi Covid-19
Sepatu kulit mungkin terdengar biasa bagi kebanyakan orang. Namun, brand asal Bandung, Hirka membuat sepatu dari kulit ceker ayam.
TRIBUNBANYUMAS.COM - Sepatu kulit mungkin terdengar biasa bagi kebanyakan orang.
Namun, brand asal Bandung, Hirka membuat sepatu dari kulit ceker ayam.
Siapa sangka ide itu justru membuat usahanya terus tumbuh di tengah pandemi virus corona.
• 10 Pasien Corona dari Klaster Panti Jompo di Rembang Dinyatakan Sembuh
• Saksi Sebut Sudah Serahkan Pelat Nomor Kendaraan Terduga Pelaku ke Polisi
• WHO Ungkap Laporan Pertama Kasus Virus Coroan Bukan dari China, tapi dari . . .
• Khabib Nurmagomedov Berduka, Sang Ayah Meninggal Dunia, Presiden Rusia Putin Beri Penghormatan
Suara gerobak pedagang sayur mulai terdengar perlahan memasuki Gang Subur, Regol, Bandung.
Tepat satu jam sebelum menunjukkan pukul 6 pagi, seorang anak muda yang tinggal di Gang Subur buru-buru membuka pintu depan rumahnya.
Dia menunggu pedagang sayur yang menjajakan ceker ayam.
Adalah Nurman Farieka, yang setiap 10 hari menampung 20 kilogram ceker ayam dari pedagang sayur langganannya.
Bukan untuk dibuat makanan tertentu, ceker ayam itu hanya diambil kulitnya untuk dibuat sepatu.
Ya, Nurman adalah seorang pengusaha sepatu berusia 25 tahun.
Resep pengolahan ceker ayam dia dapatkan dari catatan orang tua.
Dia ingin sepatu ceker ayam merek Hirka-nya dapat dipahami dan diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.
"Untuk itu, saya membuat dua jenis sepatu, yakni Jokka dan Tafiora yang berarti jalan-jalan dalam bahasa Makassar dan Papua," kata Nurman seperti dikutip dari siaran pers, Sabtu (4/7/2020).
Sebagai seorang wirausaha, Nurman tentu memiliki kisah jatuh bangun.
Apalagi, sepatu berbahan ceker ayam buatannya adalah yang pertama di dunia.
Namun siapa sangka, ide usahanya itu tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Resep Nurman untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah mengoptimalkan channel daring/online.
Berjualan menggunakan channel digital adalah salah satu menyiasati bisnis saat suasana kurang kondusif.
"Karena terjadi pandemi Covid-19, kami mengubah cara penjualan dengan sistem pre-order dan menyebarkannya melalui platform daring yang telah kami rintis 3 tahun terakhir," papar Nurman.
Secara perlahan, Hirka semakin berkibar dengan mendapat konsumen-konsumen baru.
• Pemkot Solo Ajukan Izin Buat Jalur Khusus Sepeda di Perlintasan Sebidang
• Prediksi Kemarau Banjarnegara Akhir Juli, Pemdes Diminta Siapkan Penampungan Air
• Jalan Longsor, Warga Desa Gunung Wuled Purbalingga Harus Memutari Dua Desa Ketika Akan Ke Balai Desa
• Pengunjung Asal Zona Merah Covid-19, Diminta Tidak Kunjungi Grojogan Sewu
Penghasilan dari bisnis ini meningkat 20 persen setiap bulan.
Tak hanya dari Indonesia, konsumen Hirka tersebar di Singapura, Malaysia, Hong Kong, Jepang, hingga Prancis.
Nurman menjajaki pasar global tak lain karena menjajakan usahanya di berbagai platform digital sejak awal didirikan.
"Dengan metode pre-order, Hirka telah menjual 70-90 pasang sepatu per bulan, berbeda dari tahun sebelumnya yang mampu menjual 30 pasang sepatu per bulan," jelas Nurman. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Manfaatkan Ceker Ayam Jadi Sepatu, Bisnis Ini Bisa Bertahan di Tengah Pandemi",