Berita Banjarnegara
Petani Banjarnegara Babat Kebun Salak Karena Tidak Menguntungkan lagi
Salak sempat jadi komoditas andalan di Kabupaten Banjarnegara. Harganya yang sempat tinggi membuat banyak petani di Banjarnegara tergiur menanamnya.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Salak sempat jadi komoditas andalan di Kabupaten Banjarnegara.
Harganya yang sempat tinggi membuat banyak petani di Banjarnegara tergiur menanamnya.
Seketika sebagian lahan pertanian di Banjarnegara berubah menjadi kebun-kebun salak.
Begitupun Suhud Jamhuri, pria asal Rt 4 Rw 5 Desa Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan.
Ia tak mau ketinggalan menanam salak karena keuntungannya yang menggiurkan.
• Cara Sederhana Cegah Corona Menurut Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang
• Dampak Virus Corona, Jumlah Warga Miskin di Salatiga Bertambah 1.906 Orang
• Edarkan Sabu Bersama, Pasutri Kumpulkan Uang Rp 46 Miliar
• Mobil Pos Giro yang Membawa Bantuan Sosial Rp 840 Juta Untuk Para Terdampak Virus Corona Terbakar
Ia membabat tanaman di kebunnya, lalu menggantinya dengan bibit tanaman salak.
Hingga ia berhasil menanam sekitar 3000 bibit salak di kebunnya.
Ia pun sempat menikmati berkah dari menanam salak dengan hasil yang memuaskan.
"Dulu Rp 5 ribu hingga paling rendah Rp 3500,"katanya
Dengan harga segitu, petani tentunya sudah beroleh untung.
Petani pun semakin masif menanam salak hingga banyak lahan beralih fungsi jadi kebun salak.
Tetapi alam beberapa tahun terakhir, harga salak terus anjlok hingga tak lagi menguntungkan petani.
Suhud tak mengerti kenapa kondisi pasar telah berbalik.
Kini harga salak di tingkat petani turun drastis hingga kurang dari Rp 1 ribu perkilogram.
Dengan harga segitu, petani jelas terpukul.
