Berita Banjarnegara

Petani Banjarnegara Babat Kebun Salak Karena Tidak Menguntungkan lagi

Salak sempat jadi komoditas andalan di Kabupaten Banjarnegara. Harganya yang sempat tinggi membuat banyak petani di Banjarnegara tergiur menanamnya.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
TribunJogja.com/Hamim Thohari
Ilustrasi Salak - Karena kesulitan menjual panen, petani di Banjarnegara membiarkan sala-salak miliknya membusuk di pohon. 

Salak yang sempat digadang jadi komoditas andalan, kini tak lagi bisa diandalkan.

"Sekarang petani semua frustasi,"katanya.

Masih untung menanam komoditas pangan.

Jika harga sedang tak bagus, hasil panen masih bisa disimpan.

Lalu dijual kemudian saat harga kembali tinggi.

Tetapi komoditas buah semisal salak tak demikian.

Meski harga anjlok di tingkat petani, buah itu harus segera dijual daripada busuk kemudian.

Sehingga petani tak punya pilihan kecuali pasrah dengan keadaan.

Tak ayal, petani seperti Suhud kini pun memilih membabat habis ribuan pohon salaknya karena tak lagi menguntungkan.

Tanaman yang susah payah dia rawat dan ditunggu hasilnya bertahun-tahun, terpaksa ia tebang kembali.

Petani lain di desanya pun disebutnya melakukan hal sama.

"Petani salak frustasi akhirnya ditebang semua di sini,"katanya.

Setelah membabat habis tanaman salak di kebunnya, Suhud kini mengganti tanaman itu dengan bibit tanaman lain yang dirasa lebih menguntungkan.

Ia memilih menanam bibit pisang dan Kapulaga untuk menghijaukan kembali lahannya.

Untuk menunggu panen tanaman itu tentunya butuh waktu panjang.

Positif Covid-19 di Kendal Bertambah 6 Orang, Berasal dari Klaster Pasar Mangkang dan Pasar Kobong

Video Gereja-gereja di Banyumas Bersiap Jalankan New Normal

Kasus Narkoba Jateng Meningkat di Tengah Wabah Virus Corona

Warga Bawa Paku Sendiri untuk Alat Coblos Jadi Alternatif saat Pilkada di Jateng di Tengah Pandemi

Padahal ia harus bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya.

Beruntung di desa Suhud berkembang banyak industri konveksi.

Ia pun rela menawarkan jasanya sebagai buruh potong benang.

Sehingga perekonomiannya tetap tertopang meski usaha pertaniannya tengah bangkrut.

"Ini untuk alternatif, karena di pertanian gak ada hasilnya,"katanya. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved