Bisnis dan Keuangan
IATA Tak Mendukung Aturan Jaga Jarak Antarpenumpang dalam Pesawat Terbang, Mengapa?
IATA Tak Mendukung Aturan Jaga Jarak Antarpenumpang dalam Pesawat Terbang, Kenapa?
“Maskapai penerbangan berjuang untuk kelangsungan hidup mereka. Menjaga jarak antarpenumpang dalam pesawat terbang dengan menghilangkan kursi tengah akan meningkatkan biaya. Jika itu tak bisa diimbangi dengan tarif yang lebih tinggi, maka era perjalanan dengan biaya terjangkau akan selesai.”
TRIBUNBANYUMAS.COM - Hampir semua otoritas kesehatan di dunia menganjurkan jaga jarak, guna meminimalisir risiko penularan virus corona (Covid-19).
Namun, aturan jaga jarak antarpenumpang tak dianjurkan diberlakukan di dalam pesawat terbang.
Hal ini disampaikan oleh asosiasi penerbangan internasional atau International Air Transport Association (IATA).
IATA mengumumkan, mereka tidak mendukung aturan jaga jarak sosial (social distancing) yang akan membuat kursi tengah pesawat kosong.
Kendati demikian, mengutip Japan Today, Minggu (10/5/2020), mereka mendukung penggunaan masker oleh penumpang dan kru pesawat.
Bukti yang ada menunjukkan penumpang dan kru pesawat yang menggunakan masker akan mengurangi risiko penularan di pesawat yang sudah rendah.
• Cara Mudah Cek Kepesertaan Bansos Covid-19 Melalui Aplikasi, Simak Petunjuk Berikut Ini
• Menhub Usul Pengusaha Boleh Bepergian Naik Pesawat di Tengah Larangan Mudik, Begini Respon DPR RI
• Lebih Tegas Dari Daerah Lain, Jawa Timur Tetapkan Mudik Lokal Antar Kabupaten Kota Dilarang
• Detik-detik Ibu Bacok Kepala Anak saat Korban Tidur, Gara-gara Diperingatkan agar Tak Mudik
Sementara langkah jaga jarak sosial di pesawat akan meningkatkan biaya perjalanan udara. Hal inilah yang tengah dihindari.
"Keamanan kru dan penumpang merupakan yang paling penting."
"Industri penerbangan tengah bekerja dengan pemerintah untuk memulai kembali penerbangan saat hal itu bisa dilakukan secara aman," kata Director General dan CEO untuk IATA, Alexandre de Juniac, mengutip Japan Today.
“Bukti menunjukkan, risiko penularan di pesawat rendah."
"Kami akan mengambil langkah-langkah seperti penggunaan masker bagi penumpang, dan masker bagi kru pesawat untuk menambahkan lapisan perlindungan,” lanjutnya.
Juniac juga menuturkan, mereka harus mendapatkan solusi yang memberi penumpang rasa percaya untuk terbang kembali, dan menjaga agar biaya penerbangan tetap terjangkau.
Menurutnya, jika hanya satu dari kedua hal tersebut yang terjadi, maka yang terjadi tidak akan memiliki manfaat jangka panjang.
Selain masker, IATA juga menyarankan beberapa hal untuk dilakukan yaitu sebagai berikut:
- Pemeriksaan suhu penumpang, pekerja bandara, dan pelancong.
- Pengurangan kontak dengan penumpang atau kru pesawat dalam proses naik dan turun dari pesawat.
- Membatasi pergerakan dalam kabin sepanjang penerbangan.
- Pembersihan kabin yang lebih sering dan lebih mendalam.
- Prosedur katering yang lebih sederhana.
- Pergerakan kru pesawat dan interaksi dengan penumpang dikurangi.
“Lingkungan kabin secara alami membuat penularan virus sulit karena berbagai macam alasan."
"Ini membantu menjelaskan mengapa kami melihat sedikit sekali adanya transmisi dalam penerbangan,” kata Juniac.
Dia juga menuturkan, dalam jangka waktu dekat, tujuan mereka adalah membuat lingkungan kabin lebih aman dengan langkah-langkah yang efektif agar penumpang dan kru bisa kembali melakukan perjalanan dengan percaya diri.
