Teror Virus Corona
Ini Penyebab Parahnya Kasus Virus Corona di Jateng, Berikut Kata Akademisi Unnes
Data Pemprov Jawa Tengah hingga Sabtu (4/4/2020) ada sekira 120 kasus pasien positif corona (Covid-19).
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: deni setiawan
Cahyo menjelaskan, setelah diskusi bersama beberapa pakar kesehatan, rapid test tidak bisa mengukur secara sempurna.
Apalagi harus 100 persen akurat apakah orang tersebut positif atau negatif corona.
Pasalnya, indikator yang digunakan terbatas.
Yakni melalui tes sampel darah.
Alat yang bisa menentukan akurat hanyalah VCR itu pun jumlahnya di Indonesia saat ini terbatas.
Di Jawa Tengah, pemeriksaan sampel swab dengan VCR baru bisa dilakukan di Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
"Rapid test pun dilakukan diprioritaskan untuk ODP (orang dalam pemantauan) yang ada di daerah pandemi atau zona merah."
"Bagaimana dengan yang ada di zona hijau, apakah mereka sudah pasti aman? Tidak," ucapnya.
Menurutnya, warga yang berada di zona hijau tersebut memang benar-benar tidak ada warga yang suspect corona atau karena tidak terdeteksi.
Daripada melaporkan hanya 70 persen, tidak 100 persen, itu justru yang berbahaya.
Kondisi itu bisa saja diperparah dengan adanya perantau yang pulang mudik.
Mereka mengetahui daerahnya masih hijau corona.
Padahal sudah ada yang terpapar sehingga berpotensi besar menularkan virus kepada orang di kampung halamannya.
• Perempuan Asal Pati Positif Corona Tanpa Gejala, Safin: Tinggal di Asrama Kantor Swasta di Kudus
• Kemenag: Mohon Perayaan Paskah Tahun Ini di Rumah Saja
• Gelang Pintar Redmi Band Hadir Tiga Bulan Lagi, Harga Kisaran Rp 232 Ribu
• Klub Liga Inggris Terancam Bangkrut Musim Ini, Burnley Bakal Tutup Agustus, Merugi Rp 100 Miliar
"Mudik ini pada dasarnya pergi dari satu tempat ramai secara ekonomi ke tempat relatif sepi."
"Termasuk minimnya fasilitas kesehatan. Itu justru lebih bahaya," ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unnes ini.