Kisah 3 Anak yang 8 Tahun Sering Dianiaya Ibu Kandung. Dipukul Balok, Gagang Sapu hingga Piring
Remaja, berinisial RM, mengaku sering dianiaya ibu kandungnya tanpa alasan yang jelas. Tak sendirian, dua saudara kandungnya diperlakukan serupa
TRIBUNBANYUMAS.COM - Peribahasa kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah, tak berlaku untuk RM, seroang remaja asal Samarinda, Kalimantan Timur.
Remaja berusia 16 tahun itu mengaku sering menjadi sasaran amukan ibu kandungnya, tanpa alasan yang jelas.
RM sering dianiaya sang ibu tanpa sebab, sejak delapan tahun terakhir.
Tak hanya RM, adiknya yang berusia tujuh tahun dan kakaknya yang kini berusia 27 tahun, juga mendapat perlakuan serupa: sering dianiaya tanpa mereka tahu sebabnya.
• Video Gowes Infrastruktur Keliling Purwokerto
• Menteri Teten Ingin PLUT Menjadi Tempat Pendampingan UMKM
• Virus Corona Diduga dari Pasar Binatang Liar di Wunan. Mengapa Orang China Suka Kuliner Ekstrem?
• Ingat Pembunuhan Keji Bu Guru Eli Akhir 2019 Lalu? Pelaku Ternyata Pasutri Muda, Motifnya Terungkap
RM mengaku sering dipukul ibu kandungnya menggunakan piring, kayu, bahkan patahan balok dan ganggang sapu.
"Kadang kami lagi makan, dia (ibu) ambil piring plastik yang keras pukul ke bagian muka.
Ganggang sapu ibu pukul ke bagian punggung dan bagian tubuh kami," ungkap RM saat ditemui Kompas.com di sebuah rumah makan di Jalan Pasundan, Samarinda, Jumat (24/1/2020).
Saat ditemui, RM didampingi Koordinator Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim, Rina Zainun.
• Disebut Tak Mengerti Sejarah, Roy Suryo Laporkan Petinggi Sunda Empire Rangga Sasana ke Polisi
Air mata RM bercucuran saat menceritakan kekerasan yang dia alami bersama adik dan kakaknya.
RM menyebut, alasan pemukulan ibunya tak jelas seiring emosi sang ibu.
Kadang, ibunya tak suka ketiga anak perempuan itu makan hasil masakannya.
"Ibu bilang, kalau makan, masak sendiri. Jangan makan makanan saya," ungkap RM menirukan ucapan ibunya.
• Keluar Penjara dan Akui Bisnisnya Berantakan, Kriss Hatta Pamer Saldo ATM, Uya Kuya Kaget Melihatnya
Pengalaman pahit itu dia alami sejak duduk di kelas V SD. Kini RM sudah duduk kelas III Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Samarinda.
Sementara adiknya duduk di kelas IV SD dan sang kakak bekerja di warung makan.
"Kami ini seakan anak tirinya, padahal kami kandungnya. Kakak saya dipukul pakai balok dan ganggang sapu. Kami dipukul di depan tetangga, bahkan di tempat umum," terang RM.
RM juga menunjukan bekas pukulan ibunya di bibir hingga berdarah. Lebam di tangan dan memar di beberapa bagian tubuh.
• Minta Harun Masiku Serahkan Diri ke KPK, Sekjen PDIP Hasto: Beliau Korban Penyalahgunaan Kekuasaan
Tak hanya pukulan, maki dan cacian sering dialami ketiga anak ini. RM mengaku sering diteriaki ibunya menggunakan kata-kata kasar.
"Pukulan itu biasanya spontan, tapi makian hampir kami alami setiap saat," kata dia.
Saat pergi sekolah, ibunya tak memberi uang jajan. Bahkan tak membayarkan uang sekolah. RM dan kakaknya akhirnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya.
• Kisah Guru Yuliana, Sejak 1992 Bertaruh Nyawa Menerjang Arus Banjir demi Dapat Mengajar
Usai pulang sekolah, RM bekerja di angkringan guna mencukupi kebutuhan sekolah.
Kadang dibantu sang kakak. Ketiga bersaudara ini tak pernah merasakan kasih sayang dari ibu. Hanya ada yang pukulan dan makian.
"Kami ingin ibu peluk dan kasih sayangnya. Kami ingin diajak curhat bagaimana di sekolah. Itu tidak pernah kami rasakan dari seorang ibu kandung," ungkapnya.
Tak tahan dengan kondisi itu, RM sempat berusaha bunuh diri dengan melompat dari atap rumah. Tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya.
• Cerita Wanita di Ungaran, Hidup Sendiri Rambut Jadi Sarang Tikus, Minta Keramas pakai Sampo Hitam
Sudah berkali-kali ketiga bersaudara ini menceritakan kekerasan yang dialami ke ayah kandungnya. Tapi respons ayahnya lamban. Bahkan, menurut RM, ayahnya lebih mudah mempercayai ibunya.
"Kami tunjukin bekas lebam, memar ke bapak. Tapi bapak bilang, 'sabar ya nak, nanti bapak beritahu mama'. Begitu terus kata bapak," seperti ditirukan RM.
RM mengatakan, ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan. Ia selalu berangkat pagi dan pulang malam. Karena kecapean, kadang setelah sampai rumah, ayahnya langsung tidur.
RM tak berani melapor kejadian itu ke polisi. Hingga satu ketika, dia dipertemukan dengan tim reaksi cepat pelindungan anak lewat media sosial.
• Kota Metropolitan tapi Produktivitas Padi di Jakarta Tertinggi Kedua se-Indonesia, Kok Bisa?
Koordinator Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim, Rina Zainun menceritakan, awalnya tak tahu RM mengalami kekerasan dari ibu kandungnya.
Keduanya dipertemukan saat Rina memberi komentar di Facebook atas postingan link berita kasus bunuh diri anak. Kala itu, kata Rina, RM ikut memberi komentar atas status itu.
Komentar RM meminta saran dari Rina atas kejadian yang dialami. "Anak ini, komentarnya minta saran. Dia tanya, 'bagaimana cara mengajak ibu ngobrol?.
Melihat isi komentar ini, felling saya enggak enak. Jadi saya ajak berteman di Facebook, lalu kami komunikasi lewat pesan singkat. Ku ajak dia bicara baik-baik, akhirnya dia curhat semuanya," terang Rina.
• Resmi ! Virus Corona dari Wuhan Chinda Sudah Sampai di Singapura, Semakin Dekat dengan Indonesia
• Nasib Sutiyah yang Buta - Lumpuh: 27 Tahun Terisolasi, Jarang Mandi dan Tak Pernah Cukur Rambut
• Gendong Jenazah Karena Tak Dapat Akses Ambulans Bukan Hanya Dialami Warga Miskin, Bupati Juga Alami
• Misteri Batu Prasasti Keraton Agung Sejagad, Desainnya Dicari di Google
Setelah mendengar curhat RM, TRCPA langsung mengajak diskusi ketiga anak ini. TRCPA meminta bukti.
RM kemudian menunjukkan semua bekas pukulan, hingga bukti pesan singkat via WhatsApp RM dengan kakaknya tentang bagaimana kekerasan ibunya ke ketiga anak ini.
Akhirnya, tim memutuskan akan menjadwalkan bertemu dengan ibu kandungnya guna mendudukkan kasus. Jika ibunya tak bisa menghentikan kekerasan, maka tim akan melapor polisi.
"Nanti kami mau ketemu ibu dari para korban ini dulu. Baru kami bisa sampaikan hasilnya," kata Rina menutup wawancara dengan Kompas.com. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Selama 8 Tahun Seorang Ibu di Samarinda Aniaya 3 Anaknya dengan Balok dan Piring Tanpa Alasan