Berita Jateng

AI Semakin Realis Tiru Manusia, Ini Tips Biar tidak Terkecoh

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence itu sebetulnya sudah ada sejak tahun 1950

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: khoirul muzaki
M Iqbal Shukri/Tribun Jateng
BINCANG AI - Pakar sistem informasi dan AI, Prof DR Ridwan Sanjaya 


Sebagai contoh saya pernah penelitian bersama orang yang konsen di bidang psikologi, saat itu meneliti tentang kepribadian ambang, orang-orang galau. Orang-orang galau itu kalau sampai kemudian dibiarkan itu ada kecenderungan melukai diri sendiri. Kecenderungannya bahkan lebih jauh dari itu. 


Bagaimana jika di sisi mereka tidak ada psikolog. Makanya kemudian ada yang namanya teknologi AI. Penggunaan chatbot untuk berkomunikasi dengan mereka-mereka yang punya kepribadian ambang, dan hasilnya cukup positif. Mereka-mereka yang punya kepribadian ambang merasa ditemani. 


Sampai nantinya ketika ada orang-orang yang punya kompetensi di bidang itu atau orang-orang dekatnya bisa mengajak berkomunikasi, maka kemudian dialihkan. Nah, itu salah satu bentuk kolaborasi antara psikologi dan teknologi.

Baca juga: Pembeli Umat Islam Jarang yang Sadar, Warung Bakso di Bantul Ternyata Pakai Daging Babi


Bagaimana caranya anak-anak remaja, anak muda, dan masyarakat umum bisa menggunakan AI secara benar?


Sejak awal ada istilah namanya literasi digital, jadi literasi digital itu membuat kita memahami apa yang namanya digital. Kadang-kadang karena salah informasi, orang-orang itu menjadi takut. Takut dengan hal-hal yang berbau dengan teknologi. Biasanya kalau sudah takut menjauhi. Kalau sudah menjauhi memusuhi.


Padahal orang yang lain bahkan menunggangi teknologi. Jadi seringkali manusia itu bukan kalah oleh mesin, tapi kalah oleh mesin yang ditunggangi oleh manusia. Artinya manusia menggunakan mesin untuk kemudian berkompetisi dengan manusia yang tadi takut dengan teknologi. Jadi yang penting kata kuncinya adalah literasi.


Literasi digital itu bukan hanya bicara tentang bagaimana menggunakan teknologi, bukan juga bicara tentang bagaimana budayanya, bagaimana etikanya, bagaimana keamanannya. Jadi kalau mereka memahami dimensi digital secara menyeluruh dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, saya kok yakin mereka bisa lebih paham tentang yang terjadi di dunia digital.(Iqs)

 

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved