Berita Jateng
AI Semakin Realis Tiru Manusia, Ini Tips Biar tidak Terkecoh
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence itu sebetulnya sudah ada sejak tahun 1950
Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Prof DR Ridwan Sanjaya pakar sistem informasi dan AI menjelaskan awal mula kecerdasan buatan. Perkembangan dan manfaat bagi manusia.
Optimistis kemampuan AI bisa menyentuh perasaan manusia. Bahkan mantan Rektor Unika Soegijapranata ini sudah buktikan memulai kolaborasi teknologi AI dan Psikologi.
Berikut wawancara eksklusif dengan pakar sistem informasi dan AI, Prof DR Ridwan Sanjaya.
Teknologi Artificial Intelligence (AI) itu seperti apa ?
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence itu sebetulnya sudah ada sejak tahun 1950. Dan kita sebagai orang-orang komputer selalu menggunakan untuk membuat program itu mejadi lebih baik, membuat sistem itu bisa semakin otomatis.
Tetapi memang dalam beberapa tahun terakhir ini muncul yang namanya Generative AI atau kecerdasan buatan generative yang bisa menghasilkan bentuk yang lain. Baik itu tulisan, suara, musik bahkan sampai dengan video.
Mengapa kecerdasan buatan ini sudah bisa digunakan sampai bisa menyerupai aslinya?
Tentu perkembangan AI sudah sedemikian bagus. Video juga makin lama makin tinggi kualitasnya. Ketika bisa diperintahkan untuk membuat sebuah cerita pada awal-awalnya mungkin wajahnya belum terlalu sempurna, masih belum halus, kemudian jadi lebih halus, tapi tidak mirip dengan aslinya, tapi lama kelamaan bisa mirip dengan aslinya.
Jadi tidak heran, banyak masyarakat yang tidak tahu, itu seringkali terkecoh. Dipikir memang orang yang bersangkutan itu yang berbicara atau yang menyampaikan informasi tersebut. Tapi pada kenyataannya bukan. Bahkan seringkali bahkan itu dibikin dari cerita yang tidak ada.
Seringkali wajah pejabat publik diedit pakai AI, bagaimana cara orang awam membedakan itu asli atau bukan?
Baca juga: Kejar Target PAD Rp 570 Juta, UPTD Perbenihan Mewek Genjot Produksi Calon Benih
Beberapa waktu yang lalu ketika Bu Sri Mulyani (mantan Menteri Keuangan) menyampaikan kalau guru jadi beban negara itu banyak orang yang percaya bahwa itu video asli.
Padahal itu video buatan, video yang dibuat oleh AI. Itu yang banyak orang tidak tahu. Cara membuktikan kalau yang kasusnya Ibu Sri Mulyani, ya tinggal lihat berita-berita yang sebelumnya. Karena sekarang ini hampir semua berita selalu diliput dengan video. Nah, kalau diliput dengan video maka perlu ada komparasi.
Waktu itu ada tidak rekamannya. Selain melihat video itu, bisa dilihat dari detailnya seperti apa. Karena masih selalu ada cacat yang ada di dalam video (buatan AI) tersebut.
Apakah produk yang dihasilkan dari bantuan AI bisa menyentuh sebagaimana perasaan manusia?
Tentu saja memang namanya mesin, robot, algoritma itu tidak punya yang namanya perasaan. Tetapi seringkali kita lupa, kita hanya melihat yang terlihat, yang ada di permukaan. Jadi misalkan kita dapat pesan 'sudah makan apa belum' kemudian kita merasa bahwa orang ini perhatian. Bagaimana kalau itu mesin, robot yang mengirim, kan kita melihatnya di permukaan saja.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.