Wonosobo
Siswa SMK Wonosobo Ciptakan Granulator, Ubah Pupuk Cair Bau Jadi Granul Kering Awet
Siswa SMK N 1 Wonosobo, Farros Zaid M, ciptakan Granulator di Krenova 2025. Alat ini ubah pupuk cair jadi granul kering pakai sekam, awet 2 tahun.
Penulis: Imah Masitoh | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Nama Farros Zaid Maulana, seorang siswa dari SMK Negeri 1 Wonosobo, sukses mencuri perhatian dalam ajang Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) 2025. Ia membawa sebuah alat sederhana namun brilian hasil inovasinya, yang ia beri nama Granulator.
Alat ini hadir sebagai jawaban atas keresahan banyak petani. Fungsinya sangat praktis, yakni mengubah pupuk cair organik menjadi bentuk pupuk kering atau granul.
“Alat ini bisa mengubah pupuk cair organik menjadi granul. Jadi lebih efisien dan lebih praktis,” ujar Farros saat ditemui di lokasi pameran.
Baca juga: Bawa Kabar Baik Harga Pupuk Turun, Imanda Serahkan Bantuan Benih Padi Organik ke Petani Sumpiuh
Inovasi ini lahir dari masalah klasik yang sering dihadapi petani saat menggunakan pupuk cair. Mulai dari baunya yang menyengat, sulitnya proses distribusi, hingga masa simpan yang sangat pendek. Alat temuan Farros mengolah pupuk cair itu menjadi granul padat yang jauh lebih mudah disimpan dan digunakan.
Ubah Limbah Sekam
Hebatnya, proses pembuatan pupuk granul ini memanfaatkan sekam padi, sebuah limbah pertanian yang selama ini sering terbuang dan belum memiliki nilai ekonomis.
“Sekam padi saya pilih karena mengandung karbon yang bisa menyerap nutrisi dari pupuk cair,” jelasnya.
Prosesnya, sekam dicampur dengan pupuk cair organik, lalu diberi tambahan pekat sekitar 5 persen. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam Granulator rancangannya. Mesin itu akan bekerja menggiling, mendorong, dan memotong adonan hingga keluar dalam bentuk butiran granul.
“Besar kecilnya granul bisa diatur sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Setelah itu, granul tinggal dijemur hingga kering.
Tahan Dua Tahun
Hasilnya bukan main. Pupuk granul ini jauh lebih praktis dan memiliki masa simpan yang sangat panjang, bisa mencapai 1 hingga 2 tahun.
“Kalau pupuk cair itu cepat rusak. Tapi kalau sudah jadi granul dan ditutup rapat, bisa tahan lama,” kata Farros.
Meski sudah kering, granul ini tetap fleksibel. Saat akan digunakan, terutama untuk tahap pertumbuhan tanaman tertentu, granul ini bisa dilarutkan kembali ke air.
“Kalau untuk fase vegetatif, tetap harus dicairkan dulu. Misalnya satu liter air ditambah dua sendok granul,” jelasnya.
Motivasi Mulia
Farros menyebut alat ini masih dalam tahap uji coba lapangan. Ia sudah mencobanya, salah satunya di KWT Sawangan melalui program ketahanan pangan.
Inovasi ini bukan yang pertama baginya. Farros sebelumnya juga pernah membuat alat pengolah ampas kelapa yang mampu memisahkan santan tanpa mengurangi nilai guna ampas.
| Ribuan ASN di Wonosobo Masih 'Ngontrak', Bupati Tawarkan Rumah Murah DP 1 Persen Bunga 5 Persen |
|
|---|
| Cara Gotong Royong Wonosobo Lawan Stunting Kini Jadi Teladan Nasional, Diganjar Adinkes Award 2025 |
|
|---|
| Bupati Afif Sambangi Undian Bank Lokal, Titip Misi Perangi Pinjol dan Dongkrak Ekonomi Desa |
|
|---|
| Bahasa Jawa Dianggap Kuno, Pelajar SMP Wonosobo Justru Jadi Jawara se-Jateng |
|
|---|
| Nasib Bawang Daun Lokal Wonosobo 'Meland-1' Kini Dipertaruhkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/20251029-Farros-Zaid-Maulana-Granulator.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.