Longsor Majenang

Belajar dari Kasus Longsor Cibeunying, Waspada Retakan Tapal Kuda Jadi Awal Petaka

Material longsor menyebabkan penurunan tanah mencapai dua meter dan retakan sepanjang sekitar 25 meter.

Permata Putra Sejati
PENCARIAN HARI KETIGA - Upaya pencarian korban tanah longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap yang memasuki hari ketiga, Sabtu (15/11/2025). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP-Peringatan serius kembali disampaikan ahli geologi terkait meningkatnya ancaman longsor di puncak musim hujan. 


Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan setelah muncul sejumlah gejala awal pergerakan tanah di berbagai wilayah rawan bencana.


Peringatan ini menguat setelah peristiwa longsor yang menimbun permukiman warga di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (13/11/2025). 


Puluhan warga dilaporkan masih hilang. 


Material longsor menyebabkan penurunan tanah mencapai dua meter dan retakan sepanjang sekitar 25 meter.


Dwikorita mengungkapkan kemunculan retakan tanah berbentuk melengkung menyerupai "tapal kuda" pada lereng adalah sinyal paling awal dan paling penting sebelum tanah bergerak dan longsor terjadi.


"Retakan tapal kuda terbentuk pada batas antara lereng yang masih stabil dan bagian yang mulai bergeser. 


Begitu retakan ini muncul, risiko longsor meningkat signifikan," ujar Dwikorita dalam keterangan tertulisnya, kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (15/11/2025).

Baca juga: Kisah Cinta dan Pengorbanan, Pria Hilang Usai Selamatkan Istri di Longsor Cibeunying

Gejala 

Menurut Kepala BMKG periode 2017 - 2025 tersebut, longsor berbeda dengan bencana gempa atau tsunami karena umumnya didahului oleh gejala yang bisa diamati. 


Retakan memanjang berbentuk lengkung di bagian atas lereng menjadi indikator yang harus segera diinspeksi oleh masyarakat, relawan, aparat desa, hingga pemerintah daerah, terutama saat hujan deras mengguyur wilayah.


Ia menegaskan bila retakan tapal kuda mulai terlihat, aktivitas warga di area bawah lereng harus segera dihentikan. 


Warga diminta menjauh ke area datar dengan jarak aman minimal dua kali tinggi lereng, terlebih ketika hujan mulai turun.


Selain evakuasi dini, tindakan teknis sederhana saat cuaca cerah juga sangat penting dilakukan. 


Retakan harus segera ditutup agar air hujan tidak masuk ke dalam struktur tanah.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved