Longsor Majenang

Belajar dari Kasus Longsor Cibeunying, Waspada Retakan Tapal Kuda Jadi Awal Petaka

Material longsor menyebabkan penurunan tanah mencapai dua meter dan retakan sepanjang sekitar 25 meter.

Permata Putra Sejati
PENCARIAN HARI KETIGA - Upaya pencarian korban tanah longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap yang memasuki hari ketiga, Sabtu (15/11/2025). 


"Semakin banyak air yang meresap, semakin besar dorongan dari dalam lereng hingga akhirnya tanah meluncur," jelas Dwikorita.


Tak hanya retakan tapal kuda, ia menyebutkan sejumlah tanda lain yang sering muncul sebelum longsor terjadi, antara lain:


• Pohon, tiang, atau bangunan yang tiba-tiba miring ke arah bawah;
• Munculnya rembesan air atau mata air baru pada permukaan lereng;
• Lereng terlihat menggembung;
• Lantai atau dinding bangunan mengalami retak;
• Tanah turun atau ambles;
• Pintu dan jendela rumah rata-rata sulit dibuka akibat pondasi bergeser.


Apabila warga melihat jatuhan tanah atau kerikil dari bagian atas lereng, terlebih bila terdengar suara gemuruh, area tersebut harus segera dikosongkan karena pergerakan tanah besar bisa terjadi dalam hitungan detik.


Dwikorita menambahkan kewaspadaan tinggi saat ini sangat diperlukan di wilayah yang sedang dilakukan operasi pencarian korban, termasuk di Cibeunying. 


Cuaca ekstrem pada periode ini membuat potensi longsor susulan tetap besar.


"Pengamatan dini dan respons cepat adalah kunci untuk mencegah jatuhnya korban baru," tutupnya.


Proses pencarian dan evakuasi masih berlangsung di lokasi bencana dengan melibatkan Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan masyarakat setempat. (jti) 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved