Berita Purbalingga
Petani di Purbalingga Dilatih Operator Rotavator, Mesin Pembajak Mirip Tank
Rotavator ini punya roda seperti tank, sehingga tidak mudah terjerembab seperti traktor pada umumnya
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA — Sebagai upaya mendukung program ketahanan pangan, Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Purbalingga terus berinovasi dengan menggelar pelatihan penggunaan rotavator bagi para petani.
Kegiatan tersebut dilaksanakan usai penyerahan bantuan traktor di UPT Perbenihan, Desa Mewek, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Senin (13/10/2025).
Fungsional Pengawas Alsintan Dinpertan Purbalingga, Alimi, mengatakan pelatihan ini digelar seiring datangnya mesin pertanian baru. Karena itu, dibutuhkan operator baru agar alat dapat dioperasikan secara optimal.
“Setiap kali kita kedatangan mesin baru, biasanya kita butuh operator baru. Maka hari ini kita mengundang beberapa kelompok tani penerima untuk dilatih menggunakan alat tersebut,” jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (13/10/2025).
Menurutnya, peserta pelatihan berasal dari beberapa kecamatan, yakni Karangmoncol, Kemangkon, dan Kejobong. Total ada 12 calon operator yang mengikuti pelatihan tersebut.
“Kita datangkan calon operator dari beberapa kelompok tani, terutama yang masih muda. Satu alat kita minta minimal dua orang, jadi total ada sekitar 12 operator yang dilatih hari ini,” ujarnya.
Alimi menuturkan, rotavator baru yang dilatih kali ini merupakan tipe roda klorel dengan sejumlah keunggulan, salah satunya toleransi terhadap kedalaman lumpur yang lebih baik.
“Rotavator ini punya roda seperti tank, sehingga tidak mudah terjerembab seperti traktor pada umumnya,” katanya.
Selain itu, penggunaan rotavator juga dinilai mampu mempercepat proses pengolahan lahan. Dengan begitu, masa tanam dapat bertambah hingga tiga kali dalam setahun.
“Pengolahan lahan jadi lebih cepat, sehingga bukan tidak mungkin petani bisa panen hingga tiga kali setahun. Apalagi sekarang kita kejar-kejaran dengan musim yang tidak menentu. Jadi, alat ini sangat membantu,” terangnya.
Meski demikian, Alimi mengakui masih ada beberapa kendala dalam penerapan alat tersebut. Salah satunya berkaitan dengan kondisi lahan dan sosialisasi kepada petani.
Baca juga: Tanggapan Istana Purbaya Tolak Bayar Utang Proyek Kereta Cepat Pakai APBN
“Tidak semua lahan di Purbalingga cocok menggunakan mesin ini karena ukurannya besar. Alat ini lebih pas untuk lahan yang luas dan datar, sehingga sulit digunakan di wilayah perbukitan,” paparnya.
Ia menambahkan, sebagian petani juga masih perlu waktu beradaptasi karena sudah terbiasa menggunakan traktor kecil.
“Kendala lain adalah sosialisasi. Petani yang sudah terbiasa pakai traktor kecil biasanya agak sulit beralih, jadi butuh pendampingan supaya mereka lebih paham,” ujarnya.
Alimi menyebut, penggunaan rotavator sejauh ini sudah diterapkan di beberapa wilayah seperti Kemangkon, Gambarsari, Sumilir, dan Jetis.
“Kehadiran rotavator terbukti membantu petani. Di beberapa tempat sudah bisa panen hingga tiga kali. Ke depan kami berharap sosialisasi terus ditingkatkan agar alat ini bisa dimanfaatkan lebih optimal oleh petani Purbalingga,” pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.