Berita Jateng

Kopi Temanggung Khas Sindoro-Sumbing, Wendy Ungkap Proses Panjang Hasilkan Produk Berkualitas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TUNJUKAN KOPO - Wendy Saputra, owner Wenska Kopi, bersama istri, menunjukan kopi khas Temanggung, saat semarak peringatan HUT ke-80 Jawa Tengah, Jumat (22/8/2025).

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Di tengah semarak peringatan HUT ke-80 Jawa Tengah, aroma kopi menyeruak menggoda indera penciuman pengunjung. Kedai Kopi Wenska asal Temanggung menjadi salah satu titik yang tak pernah sepi didatangi.


Sejak pagi, pengunjung silih berganti memenuhi stand kecil itu, seakan tak ingin melewatkan kesempatan menyeruput kopi khas pegunungan. Bukan hanya anak muda yang terlihat antre, melainkan juga berbagai kalangan yang penasaran dengan cita rasa kopi Temanggung. 


Dengan racikan khas dan aroma yang kuat, kopi ini membawa potongan kecil nuansa Temanggung di pusat perayaan, sekaligus memperkenalkan bahwa kopi Jawa Tengah tak kalah dengan daerah lain. 


Selama tiga hari mengikuti pameran, puluhan kilogram kopi ludes terjual. 


"Kami persiapankan 25 kilogram arabica robusta buat persiapan tiga hari. Itu habis di hari pertama. Kemarin, kami reastock lagi," ungkap Wendy Saputra, owner Wenska Kopi, Jumat (22/8/2025).


Kopi yang dibawa Wendy ini bukan sembarangan, melainkan hasil panen dari desa-desa petani di lereng Sumbing dan Sindoro, yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Jawa Tengah.


Ia membawa beragam pilihan, baik Arabica maupun Robusta. Untuk Robusta, tersedia varian unik seperti robusta lanang dan kopi luwak. Sementara untuk Arabica, proses pengolahannya beragam, mulai dari yang terkini hingga metode eksperimental.


"Ada yang kita proses dengan teknik air section natural, jadi biji kopi dibekap hampir menyerupai proses pembuatan wine. Ada juga kopi luwak liar yang kita olah asli dari petani," jelas Wendy. 


Keistimewaan kopi Temanggung ini lahir dari proses kurasi yang ketat. Setiap green bean hasil panen petani dipilih yang terbaik, kemudian diroasting secara mandiri sebelum akhirnya disajikan ke pengunjung. Hasilnya, setiap cangkir tidak hanya menawarkan rasa yang khas, tetapi juga mencerminkan kerja keras dan dedikasi petani di lereng gunung.


"Petani Temanggung itu hebat-hebat semua. Kami berusaha membawa kopi terbaik mereka," ucapnya.


Baik robusta maupun arabica, semua hadir dengan kemasan yang bervariasi mulai dari 100 gram, 250 gram, hingga 1 kilogram. Bahkan, pengunjung juga bisa mendapatkan kopi dalam bentuk green bean maupun yang sudah siap seduh.


Harga yang ditawarkan pun beragam. Untuk robusta grade 1, dibanderol mulai dari Rp25.000 per 100 gram. Sementara arabica, bisa mencapai Rp120.000 per seperempat kilogram. 


Salah satu yang paling banyak diburu adalah robusta lanang. Varian ini terbilang istimewa karena dipetik merah langsung dari kebun, lalu dipilah satu per satu oleh petani. 


"Robusta lanang ini benar-benar spesial, karena bijinya unik dan dipilih dengan sangat teliti," ujar pria asal Temanggung itu. 


Bukan hanya soal rasa klasik, kopi dari Temanggung juga hadir dengan sentuhan baru yang digemari anak muda. Proses fermentasi modern seperti natural air section menghasilkan cita rasa fruity, dengan sensasi asam-manis yang segar dan berbeda dari seduhan kopi pada umumnya. 

Baca juga: BRIN Temukan Sesar Aktif di Kota Semarang, BPBD Ungkap Kaitannya dengan Peristiwa Longsor


Di usianya yang masih muda, Wendy memilih jalan yang tak biasa sebagai pengusaha kopi sejak 2014. Namun, perjalanan membangun bisnis kopi tentu bukan tanpa tantangan. Bagi Wendy, salah satu ujian terberat justru datang dari alam. 


"Eksistensi dari tumbuhan kopi itu sendiri yang jadi tantangan. Perubahan cuaca ekstrem membuat panen kopi di Brazil dan Vietnam bisa gagal. Untungnya, di Indonesia, khususnya Temanggung, masih bisa stabil," ujarnya. 


Ia memiliki tim dalam menjalankan bisnisnya. Berkat jerih payah tim, dari penjualan kafe dan penjualan kopi kemasan, omzet me capai Rp45 juta hingga Rp60 juta per bulan. Angka yang tak hanya mencerminkan kesuksesan bisnis, tetapi juga bukti nyata bahwa kopi lokal bisa menjadi sumber kebanggaan sekaligus penghidupan.


Bagi Wendy, kunci utamanya berani belajar. Pasalnya, seorang pengusaha kopi harus menguasai basic dari hulu ke hilir. (eyf)

 

Berita Terkini