TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Aroma masakan mulai tercium dari dapur sederhana.
Asap tipis mengepul dari dandang besar yang diletakkan di atas tungku.
Sejumlah orang tampak sibuk dengan peralatan dapur.
Ada yang sedang mengaduk nasi, ada yang sedang membuat kopi, mengupas kentang, bawang, hingga beberapa orang membungkus nasi dan lauk pauk dengan kertas minyak.
Itulah aktivitas di dapur umum, jantung kehidupan bagi para pengungsi terdampak kebakaran sumur minyak di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.
Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Blora, Gaguk Setiawan, mengatakan sekali masak harus menyediakan ratusan bungkus nasi untuk para pengungsi.
"Kita menyediakan itu rata-rata yang untuk warga itu sekitar 750 bungkus dan yang untuk relawan dan sebagainya itu sekitar 150 bungkus. Jadi rata-rata untuk sekali makan itu kami menyediakan 900 porsi."
"Sementara untuk sehari itu, kami menyediakan makan tiga kali, pagi, siang, sore."
"Tapi kalau pada minta kopi, minta teh, itu tetap kami buatkan," jelasnya, Sabtu (23/8/2025).
Hari ini, menjadi hari keenam sejak dapur umum didirikan. Lokasi dapur umum berada di Balai Desa Gandu.
Setiap hari, dalam menyiapkan makanan, selain dari anggotanya sendiri, Gaguk dibantu dari para relawan PMI, TNI, Polisi, dan lainnya.
Para relawan membantu untuk memotong bumbu-bumbu, bahan-bahan makanan, dan lainnya. Untuk proses memasak tetap dilakukan oleh tim Tagana.
Gaguk belum bisa memastikan sampai kapan dapur umum akan beroperasi.
"Berakhirnya kapan kita belum tahu. Kemarin informasi sementara kan awal 4 hari, terus ada perpanjangan 4 hari lagi seperti itu," terangnya.
Untuk personel yang bertugas di dapur umum, Gaguk menyebut tidak kewalahan. Hanya saja, sering kali anggota yang bertugas kecapean, lantaran harus siaga menyediakan makanan.