TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas untuk meningkatkan gizi dan meringankan beban orang tua siswa di Kabupaten Banyumas kini menuai beragam keluhan.
Niat baik pemerintah untuk menyediakan asupan sehat justru terbentur realita di lapangan, mulai dari rasa makanan yang hambar, kualitas yang menurun, hingga distribusi yang dinilai belum merata.
Para siswa, guru, hingga orang tua mulai bersuara, mempertanyakan implementasi program yang telah berjalan sejak awal 2025 ini.
Baca juga: MBG Dinilai Belum Penuhi Kebutuhan Gizi Harian Anak Banyumas, Porsi Siswa SMA Harusnya Lebih Besar
Sayur Layu dan Rasa yang NanggungÂ
Di SDN 4 Kranji Purwokerto, pemantauan kualitas makanan dilakukan setiap hari.
Namun, temuan makanan yang kurang segar kerap terjadi.
"Karena masaknya pagi sekali, kemudian dalam keadaan panas langsung dimasukkan boks, jadi sayurnya ketika akan dimakan jadi layu dan kurang fresh," ujar Menik Galuh, seorang guru di sekolah tersebut, saat ditemui Tribunbanyumas.com.
Ia bahkan tak segan meminta siswa untuk tidak memakan lauk atau sayur yang kondisinya dinilai kurang layak.
Menurutnya, keluhan paling sering datang dari siswa kelas bawah yang masih sulit beradaptasi dengan menu yang disediakan.
Keluhan serupa datang dari siswa tingkat atas.
Aurora Fairus, siswi kelas 12 SMAN 2 Purwokerto, mengeluhkan rasa makanan yang tidak konsisten.
"Rasanya nanggung, kadang keasinan, kadang hambar. Jadi nggak konsisten," ungkap Aurora, Selasa (19/8/2025).
Ia mengaku pernah mendapati makanan bersantan yang berbau kurang enak seperti basi, diduga karena proses pengemasan saat makanan masih panas.
Kami Cemburu Belum Dapat
Jika di wilayah perkotaan keluhan berpusat pada kualitas, di wilayah pinggiran masalahnya adalah pemerataan.
Muji Lestari, orang tua siswa SDN 4 Tunjung, Kecamatan Jatilawang, mengaku anaknya belum pernah sekalipun menerima program MBG.
"Belum, sampai sekarang belum dapat. Sebenarnya kami sangat menantikan karena sekolah di kota sudah dapat sejak lama," katanya.