Berita Blora

Terenyuh Lihat Ibu-ibu Jatuh, Sutarji Warga Blora Nekat Tambal Jalan Berlubang Rogoh Kocek Pribadi

Penulis: M Iqbal Shukri
Editor: rika irawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TAMBAL JALAN BERLUBANG - Sutarji menambal jalan berlubang di ruas jalan Desa Sarimulyo-Wantilgung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Selasa (1/7/2025).

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Matahari belum sepenuhnya naik tetapi sinarnya sudah terasa membakar kulit ketika waktu menunjukkan pukul 08.55 WIB.

Debu pun beterbangan tiap kali kendaraan melintas di ruas jalan Desa Sarimulyo-Desa Wantilgung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Terutama, dari lubang jalan yang banyak muncul di sepanjang jalan tersebut.

Di tengah kondisi ini, seorang pria lanjut usia (lansia) bertelanjang dada terlihat sibuk mengangkut kerikil yang telah dicampur semen, menggunakan gerobak dorong berwarna oranye.

Perlahan dia memasukkan campuran material itu ke lubang-lubang jalan yang ditemui.

Dia adalah Sutarji (70), warga Wantilgung yang secara mandiri tergerak hatinya memperbaiki jalan berlubang.

Baca juga: Guru SMAN 1 Blora Ditunjuk sebagai Kepala Sekolah Rakyat, Lolos Seleksi Pemerintah Pusat

Panas menyengat dan keringat yang mengucur di tubuh tak mengganggu Sutarji menghampiri lubang jalan yang satu ke lubang jalan berikutnya untuk ditambal.

Sudah 11 hari ini Sutarji menyusuri jalan dan menambal lubang-lubang di jalan yang ditemui.

Padahal, pekerjaan utamanya adalah penjual batu gamping di area Pasar Ngawen.

"Ukurannya kan ada yang besar-besar, daripada saya jual ke tukang material, gampingnya saya buat nambal jalan berlubang ini," kata Sutarji saat ditemui tengah menambal jalan, Selasa (1/7/2025).

Untuk material lain, seperti semen, ia menggunakan dana pribadi untuk membeli. 

Namun, sesekali, ada sopir-sopir truk yang melintas dan memberinya uang.

Uang itulah yang kemudian dibelanjakan membeli semen dan material lain.

"Pakai dana pribadi tapi juga kadang ada orang-orang yang lewat sini itu ngasih uang, terus saya belikan semen," jelas pria kelahiran 1955 itu.

Sutarji punya alasan mulia meski harus rugi materi, tenaga, dan waktu.

Halaman
12

Berita Terkini