"Yang dipermasalahkan adalah sistem yang masih ada nama anak-anaknya saat daftar ulang meskipun sudah tidak diterima karena piagamnya dianulir," tuturnya.
Karena itu, mereka meminta panitia PPDB memasukkan piagam lain sebagai pengganti piagam yang dianulir.
"Saya tadi tanyakan memang anak-anak tidak tahu pada kejuaraan internasional itu anak-anak tidak juara pertama tapi ketiga. Para orangtua ini tahunya hanya dari info pelatih dan Instagram," jelasnya.
Adanya perkara itu, kata dia, Pemkot Semarang harus mengevaluasi terkait piagam kejuaraan.
Sebab, lomba paduan suara maupun drumband biasanya peserta melakukan sendiri dan mandiri.
"Nanti SOP-nya, mau lomba apapun, mau berangkat sendiri atau dibiayai pemerintah, harus izin Dinas Pendidikan. Nanti akan diverifikasi dan diketahui lombanya tingkat apa," imbuhnya.
Ita mendapatkan pesan dari orangtua untuk men-takedown piagam yang muncul di media. Sebab, hal itu membuat anak menjadi malu.
"Ini bukan salah dari anak-anak. Tapi stigma dari masyarakat, anak-anak dikatakan tidak jujur," imbuhnya.
Ia akan mencoba mengomunikasikan hal ini dengan Dinas Pendidikan Jateng.
Pihaknya akan mempertemukan lagi orangtua siswa dan Dinas pendidikan Jateng.
"Besok kami ingin mengetahui penjelasan dari Dinas Pendidikan seperti apa. Besok kami mencoba bertemu dengan Dinas Pendidikan Jateng," imbuhnya.
Terkait siswa yang mengalami kesulitan biaya, ia mengatakan, Pemkot akan membiayai menggunakan APBD untuk menyekolahkan mereka di sekolah swasta melalui beasiswa.
"Tapi, yang tidak masuk di TKS tapi tidak mampu, kami ada Gerbang Harapan untuk menyekolahkan di swasta," katanya. (*)
Baca juga: Lansia Purbalingga Terbakar akibat Ledakan Tabung Gas 3 Kg, Api Menyambar setelah Pasang Regulator
Baca juga: Terrase Guci Rooms Lengkapi Pilihan Hotel di Kawasan Wisata Guci Tegal, Tiap Kamar Punya Balkon